Modelling, Kyai Terdahulu

17 hours ago 4

Image Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I

Dunia islam | 2025-05-28 18:14:08

Oleh: Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I*

Dakwah para Kyai terdahulu, sungguh menakjubkan dan sangat menyentuh hati para warga masyarakat sekitar. Karena dakwahnya dilandasi segitiga emas, mulai dari olah pikir, olah rasa, dan olah raga.

Dakwahnya ini diibaratkan seperti menangkap ikan dalam parit tanpa menjadikan keruh airnya.

Dengan bermodalkan sikapnya yang santun, selalu bijak dalam memberikan solusi, tetap menjaga nilai keadaban dan perasaan warga meskipun ada perbedaan cara pandang dan lain sebagainya.

Ambil satu contoh perjalanan dan perjuangannya Mbah Yai Manaf pendiri Pondok Pesantren Lirboyo. Pernah suatu ketika beliaunya diminta tolong oleh salah seorang warga untuk mensholati mayyit. Kebetulan yang meminta ini adalah tetangga desanya yang tidak jauh dari rumah Mbah Yai Manaf.

Sedangkan pada waktu itu, desa Lirboyo menjadi basisnya PKI atau basisnya kaum abangan. Dan, bisa dibilang mereka ini jarang atau malah tidak pernah sama sekali menginjakkan kaki ke Pondoknya Mbah Yai Manaf.

Lagi, lagi dengan sentuhan tangannya Sang Kyai yang bijak. Untuk menjaga perasaan hatinya dan agar tidak mengecewakan tetangganya tersebut. Maka beliaunya dengan ringannya mengatakan bersedia. Meskipun dalam hal ini, beliaunya sudah tahu persis bahwa si mayyit tersebut tidak jelas terkait dengan agama yang dianutnya selama ini.

Ketika beliaunya nyampai di rumahnya si mayyit, bukan niat untuk mensholati mayyit yg berada di depannya. Akan tetapi pada waktu itu dengan niat sholat li-amwatil muslimin. Yakni, niat sholat ghoib untuk mayyit-mayyit dari kaum muslimin di seluruh dunia.

Akhirnya, masalah pun selesai tentunya dengan tanpa melanggar Syariat Agama. Sedangkan tetangganya tadi juga senang atas kehadirannya untuk mensholati mayyit.

Sehingga masyarakat semakin bersimpati kepada beliaunya. Sebagai buah dari kebijaksanaannya beliau dan para generasi penerusnya. Karena berkat kebijaksanaannya dalam berdakwah inilah, sehingga sekarang nampak jelas hasilnya. Yakni, menjadi pusat peradaban Islam salah satunya, termasuk menjadi rujukan para santri untuk menimbah ilmu dan.

Ketika Kita berkunjung ke desa yang namanya Lirboyo maka kita akan melihat beberapa Pondok Pesantren, Masjid, Mushola, Majlis taklim dan seterusnya

Tentunya juga masyarakatnya sudah tidak lagi memusuhi santri-santri pondok. Seperti halnya dulu pada saat awal-awal berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo tersebut.

Catatan penting bagi kita dalam hal ini, bahwa para Kyai sepuh terdahulu telah memberi teladan terbaik kepada kita. Terutama betapa pentingnya menjaga perasaan masyarakat yang kebetulan membutuhkannya, menjunjung tinggi martabat dan menjaga kerukunan antar sesama. Serta selalu bersikap lemah lembut terutama untuk mereka yang masih awam dalam segala hal.

Semoga Bermanfaat....

*Ketua Program Studi dan Dosen PAI-BSI (Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner) Pascasarjana IAI Al-Khoziny Sidoarjo; Dosen PAI-Terapan Poltek Pelayaran Surabaya; Pengurus Lembaga Takmir Masjid PCNU Sidoarjo; Ketua Lembaga Dakwah MWCNU Krembung.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |