Pasar Respons Positif Langkah Negosiasi Pemerintah Soal Tarif Resiprokal AS, Rupiah Menguat

11 hours ago 8

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada level Rp 16.224 per dolar AS pada perdagangan Kamis (10/7/2025), menguat 33 poin dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp 16.252 per dolar AS. Penguatan ini dinilai sebagai respons positif pasar terhadap langkah negosiasi lanjutan Pemerintah Indonesia terkait tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS).

“Pasar merespons positif langkah pemerintah. Meski belum ada kesepakatan baru, pemerintah memastikan proses negosiasi dengan AS terkait tarif dagang sebesar 32 persen masih terus berjalan. Bahkan, komunikasi kedua belah pihak terus dibangun demi mencapai win-win solution,” kata Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya, Kamis (10/7/2025).

Ibrahim menjelaskan, sejak tarif dasar 32 persen diberlakukan atas sejumlah produk ekspor Indonesia pascakeanggotaan di BRICS, pemerintah aktif menyusun skema mitigasi, termasuk deregulasi dan peningkatan impor dari AS. Namun, hingga saat ini belum ada sinyal perubahan dari Washington.

Diketahui, Presiden AS, Donald Trump, telah mengumumkan bahwa Indonesia akan tetap dikenakan tarif resiprokal sebesar 32 persen mulai 1 Agustus 2025. Menurut Trump, hal ini disebabkan oleh belum terjalinnya hubungan timbal balik perdagangan yang baik antara AS dan Indonesia.

“Terkait isu persyaratan pendirian pabrik Indonesia di AS sebagai imbal balik penghapusan tarif, hal itu belum menjadi pokok pembahasan resmi. Pemerintah hingga kini belum menindaklanjuti keinginan dari pemerintah AS,” ujarnya.

Pemerintah berharap negosiasi lanjutan dalam beberapa pekan ke depan bisa menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan, tanpa mengorbankan posisi strategis Indonesia dalam kemitraan BRICS dan hubungan dagang bilateral dengan AS.

Sentimen eksternal

Di sisi lain, beberapa sentimen eksternal turut memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah hari ini. Di antaranya arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve dan dinamika kebijakan tarif Presiden Trump.

“Perkembangan perdagangan global menjadi penentu arah pasar. Risalah rapat Federal Reserve bulan Juni menunjukkan sebagian besar pejabat memperkirakan penurunan suku bunga akan tepat dilakukan akhir tahun ini, dengan alasan tekanan inflasi yang mereda serta potensi pelemahan ekonomi dan pasar tenaga kerja,” jelas Ibrahim.

Ia menambahkan, beberapa anggota mendukung kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan berikutnya, sementara yang lain masih menilai belum perlu ada perubahan kebijakan pada 2025. Para pembuat kebijakan juga memandang bahwa inflasi akibat tarif bersifat sementara, dengan ekspektasi inflasi yang masih terkendali.

“Sementara itu, Presiden Trump mengumumkan tarif 50 persen untuk impor tembaga, berlaku mulai 1 Agustus, dengan alasan mendukung industri tembaga dalam negeri. Sebelumnya, ia juga menaikkan tarif resiprokal untuk Brasil dari 10 persen menjadi 50 persen,” paparnya.

Trump juga memperingatkan bahwa setiap kebijakan tarif baru akan direspons dengan tindakan balasan. Ia mulai mengirimkan surat pemberitahuan tarif kepada mitra dagang utama, serta mengumumkan bea masuk 25 persen untuk sejumlah barang dari Korea Selatan dan Jepang.

“Meskipun ancaman tarif baru ini masih berdampak terbatas pada pasar secara umum, pelaku pasar tetap waspada terhadap potensi eskalasi perdagangan di masa mendatang,” katanya.

Ibrahim menyebut, fokus pasar hari ini tertuju pada data klaim pengangguran mingguan AS, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 30 tahun, dan data Consumer Price Index (CPI) Jerman bulan berjalan yang dijadwalkan rilis Kamis malam.

“Untuk perdagangan besok, Jumat (11/7/2025), rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.220 hingga Rp 16.270 per dolar AS,” ujarnya.

Read Entire Article
Politics | | | |