Pedagang Beras di Yogya Khawatir Kepercayaan Pembeli Hilang karena Isu Beras Premium Oplosan

6 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -  Isu beras premium oplosan yang ramai diperbincangkan dalam beberapa waktu terakhir ikut menimbulkan keresahan di kalangan pedagang dan pembeli di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta. Isu ini mulai mencuat ke publik setelah Kementerian Perdagangan merilis daftar 10 merek beras yang diduga merupakan hasil pengoplosan.

Salah satu merek yang disebut-sebut beredar di wilayah Yogyakarta adalah Ayana. Meskipun belum terbukti secara menyeluruh dan belum ditemukan secara langsung beras oplosan di pasar tradisional tersebut, para pedagang menyatakan kekhawatiran mereka akan potensi penurunan kepercayaan konsumen terhadap produk yang mereka jual.

Sriyati, (70 tahun), seorang pedagang bahan pokok yang telah berjualan puluhan tahun di Pasar Beringharjo, mengaku belum mengetahui secara mendalam soal beras oplosan. Namun ia merasa praktik semacam itu bisa berdampak negatif bagi pelaku usaha kecil seperti dirinya.

"Kalau memang praktik (oplosan beras premium -RED) itu benar terjadi, tentu membuat pedagang khawatir," katanya saat dijumpai, Selasa (15/7/2025).

Ia mengatakan kepercayaan pembeli adalah hal utama dalam usaha jual beli beras. Ketika beras oplosan beredar, bisa jadi pelanggan mulai meragukan kualitas beras yang dijual pedagang, meskipun mereka tidak menjual produk oplosan tersebut.

"Beredarnya beras oplosan bisa membuat pembeli menjadi tidak lagi percaya dengan penjual, dan ini berpotensi membuat pelanggan lari," ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Iswarini yang juga pedagang di Pasar Beringharjo. Ia mengaku resah jika memang beras oplosan mulai beredar di pasar tradisional. Meski belum pernah menemukan langsung kasusnya, dirinya berharap pemerintah turun tangan melakukan pengawasan ketat agar para pedagang tidak menjadi korban dari praktik curang para produsen atau distributor.

"Saya belum mendengar soal beras oplosan itu, tetapi kalau benar (informasinya), bisa ditindaklanjuti (oleh Pemerintah)," ungkapnya.

Saat ditanya apakah isu ini berdampak atau tidak pada penjualannya, ia mengaku belum berpengaruh. Menurutnya, loyalitas pelanggan masih menjadi salah satu alasan mengapa isu tersebut belum terlalu berdampak terhadap penjualan di pasar termasuk di kiosnya.

"Enggak, belum pengaruh, kalau udah langganan kan tidak beli beras merek lain-lain," katanya.

Sementara itu, Rita, pedagang beras lainnya di Pasar Beringharjo, memiliki pandangan sedikit berbeda. Meski tak menjual dan belum pernah menemukan beras oplosan tersebut, menurutnya, selama beras yang dijual memiliki kualitas yang masih baik dan layak konsumsi, konsumen tidak terlalu mempermasalahkan apakah beras tersebut hasil oplosan atau bukan.

"Kalau di pasar ramai beredar dan kualitasnya bagus ya gapapa, selama itu masih bagus. Tapi kalau kualitasnya jelek, jangan. Kecuali kalau kualitasnya masih sama. Kalau tambah hancur ya jangan,” ujarnya.

Rita sendiri menyampaikan dirinya menjual beras-beras premium, seperti C4 dari Delanggu dan lain sebagainya dengan kisaran harga antara Rp14.000 sampai Rp16.000 per kilogram. Ia mengaku belum pernah menjumpai beras oplosan secara langsung.

"Saya belum pernah menemukan. Saya hanya lihat di Instagram," ucapnya.

Read Entire Article
Politics | | | |