Pembantaian Massal di Pusat Bantuan AS-Israel di Gaza Berlanjut

1 day ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Israel terus melakukan pembantaian massal terhadap warga Palestina yang kelaparan dan menunggu bantuan makanan. Pada Selasa pagi, sebanyak 27 warga Palestina yang menunggu bantuan di Rafah ditembak mati oleh pasukan Israel.

Pejabat kesehatan Palestina dan saksi mengatakan pasukan Israel menembaki orang-orang ketika mereka menuju lokasi distribusi bantuan. Ini adalah insiden ketiga dalam tiga hari, menjadikan total 102 warga Gaza yang dibunuh Israel saat mencari bantuan pangan sepekan belakangan.

“Hari ini adalah jumlah tertinggi pasien luka akibat senjata yang diterima dalam satu insiden sejak pendirian rumah sakit lapangan lebih dari setahun yang lalu,” delegasi Komite Internasional Palang Merah di Israel dan wilayah pendudukan Palestina memposting di X. Dinyatakan bahwa 184 pasien dibawa ke rumah sakit pagi ini dan semua pasien yang responsif mengatakan mereka berusaha mencapai tempat distribusi bantuan.

Penembakan yang terjadi hampir setiap hari ini terjadi setelah Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) sebuah yayasan yang didukung Israel dan AS mendirikan titik distribusi bantuan di dalam zona militer Israel. PBB telah menolak sistem baru tersebut, dengan mengatakan bahwa sistem tersebut tidak mengatasi krisis kelaparan yang semakin meningkat di Gaza dan memungkinkan Israel menggunakan bantuan sebagai senjata.

The Associated Press melansir, semua penembakan terjadi di Bundaran Bendera, sekitar satu kilometer dari salah satu lokasi distribusi GHF di kota Rafah di bagian selatan yang sebagian besar tidak berpenghuni. Seluruh area tersebut merupakan zona militer Israel di mana jurnalis tidak memiliki akses di luar lokasi yang disetujui militer.

Yasser Abu Lubda, seorang pengungsi Rafah berusia 50 tahun, mengatakan penembakan dimulai sekitar pukul 04.00 pagi pada Selasa dan dia melihat beberapa orang syahid atau terluka.

Neima al-Aaraj, seorang wanita dari Khan Younis, mengatakan tembakan Israel “tidak pandang bulu.” Ia menambahkan, saat berhasil mencapai lokasi distribusi, tidak ada bantuan yang tersisa. “Setelah timbul syuhada dan yang terluka, saya tidak akan kembali,” katanya. “Bagaimanapun kami akan mati.”

Rasha al-Nahal, saksi lainnya, mengatakan “ada tembakan dari segala arah.” Dia mengatakan dia menghitung lebih dari selusin orang syahid dan beberapa lainnya terluka di sepanjang jalan.

Saat sampai di lokasi distribusi, dia juga menemukan tidak ada lagi bantuan yang tersisa, katanya. Jadi dia mengumpulkan pasta dari tanah dan menyelamatkan beras dari tas yang terjatuh dan terinjak. “Kami lebih baik mati daripada menghadapi ini,” katanya. “Kematian lebih bermartabat dibandingkan apa yang terjadi pada kami.”

Hisham Mhanna, juru bicara Komite Palang Merah Internasional, membenarkan jumlah korban yang syahid berjumlah 27 orang. Ia mengatakan bahwa rumah sakit lapangan di Rafah menerima 184 orang yang terluka, 19 diantaranya dinyatakan meninggal pada saat kedatangan dan delapan lainnya kemudian meninggal karena luka-luka mereka. Ke-27 syuhada  dipindahkan ke Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis.

Jeremy Laurence, juru bicara Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa pihaknya juga mempunyai informasi yang menunjukkan bahwa 27 orang terbunuh. Ada tiga anak-anak dan dua wanita di antara korban tewas, menurut Mohammed Saqr, kepala keperawatan di Rumah Sakit Nasser. Direktur rumah sakit Atef al-Hout mengatakan sebagian besar pasien mengalami luka tembak.

Seorang reporter Associated Press yang tiba di rumah sakit lapangan Palang Merah sekitar pukul 06.00 pagi melihat orang-orang yang terluka dipindahkan ke rumah sakit lain dengan ambulans. Di luar, orang-orang lewat dalam perjalanan kembali dari pusat bantuan, sebagian besar dengan tangan kosong, sementara kantong tepung kosong yang berlumuran darah tergeletak di tanah.

“Warga Palestina dihadapkan pada pilihan yang paling buruk: mati kelaparan atau berisiko terbunuh ketika mencoba mengakses makanan yang tersedia melalui mekanisme bantuan kemanusiaan militer Israel,” Volker Türk, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Read Entire Article
Politics | | | |