Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan tipis pada Kamis (15/5/2025). (ilustrasi(
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan tipis pada Kamis (15/5/2025). Pengamat menilai volatilitas Mata Uang Garuda masih terjadi, seiring dengan dinamika perang dagang imbas kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Mengutip Bloomberg, rupiah menguat 33 poin atau 0,20 persen menuju level Rp 16.528,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (15/5/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di Rp 16.561 per dolar AS.
“Kegembiraan atas kesepakatan perdagangan AS-China juga tampak mereda, mengingat AS dan Tiongkok secara drastis mengurangi tarif perdagangan mereka terhadap satu sama lain minggu in. Pasar kini menantikan penarikan tarif lebih lanjut antara raksasa ekonomi, sementara pembicaraan perdagangan AS dengan negara lain juga menjadi fokus untuk isyarat yang lebih positif,” kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Kamis (15/5/2025).
Ibrahim mengatakan, fokus pasar saat ini tertuju pada serangkaian pembacaan ekonomi AS yang akan datang, serta pidato Ketua The Federal Reserve Jerome Powell, untuk isyarat lebih lanjut mengenai ekonomi terbesar di dunia. Data inflasi indeks harga produsen untuk bulan April muncul hanya beberapa hari setelah pembacaan indeks harga konsumen yang lebih rendah dari perkiraan.
“Penurunan inflasi yang berkelanjutan diperkirakan akan meningkatkan taruhan pada pemangkasan suku bunga Fed tahun ini. Data penjualan ritel AS akan dirilis pada hari Kamis, memberikan lebih banyak petunjuk tentang belanja ritel dalam menghadapi perang dagang China-AS,” ujarnya.
Ia melanjutkan, Ketua Fed Powell juga akan berpidato di kemudian hari, setelah bank sentral mempertahankan suku bunga pada minggu lalu, dan memperingatkan bahwa bank sentral tidak berencana untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Powell diperkirakan akan berbicara tentang kerangka kebijakan moneter, cetak biru yang digunakan Fed untuk memutuskan sasarannya untuk memaksimalkan lapangan kerja, stabilitas harga, dan suku bunga.