REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Taylor Swift akhirnya membeli kembali hak kepemilikan atas master rekaman enam album pertamanya dari perusahaan investasi Shamrock Capital. Master rekaman tersebut sebelumnya dibeli Shamrock dari Ithaca Holdings milik Scooter Braun pada 2020, yang kala itu memicu kontroversi besar antara Swift dan Braun.
Menurut sumber Billboard, nilai transaksi tersebut mendekati angka 360 juta dolar AS atau sekitar Rp 6 triliun. Jumlah ini setara dengan harga yang dibayar Shamrock saat mengakuisisi master tersebut dari Ithaca.
“Sekarang untuk pertama kalinya, aku bisa mengatakan semua musik yang pernah aku buat adalah milikku. Semua video musik, film konser, sampul album, lagu-lagu yang belum dirilis, kini kembali padaku,” kata Swift dalam pernyataannya dikutip dari Billboard, Ahad (1/6/2025).
Berbeda dengan ketegangan yang terjadi pada masa lalu terkait penjualan masternya, Swift memberikan apresiasi yang tinggi terhadap Shamrock. Ia menyebut pihak perusahaan telah menunjukkan pengertian dan rasa hormat terhadap nilai emosional dari karya-karya tersebut.
“Mereka memahami bahwa ini bukan sekadar transaksi bisnis. Mereka mengerti bahwa ini tentang kenangan, kerja keras, tulisan tanganku sendiri, dan impian yang dibangun selama puluhan tahun,” kata Swift.
Masalah kepemilikan master rekaman Swift bermula pada 2019, saat Big Machine Label Group diakusisi oleh Ithaca Holdings. Swift mengaku tidak diberi kesempatan untuk membeli rekaman miliknya sendiri dan menentang penjualan tersebut secara terbuka.
Pada 2020, Shamrock membeli master tersebut dari Ithaca, namun Swift menolak bekerja sama karena Scooter Braun masih memiliki keterlibatan finansial dalam kesepakatan tersebut. Sebagai bentuk perlawanan dan strategi bisnis, Swift memulai proyek rekaman ulang seluruh enam albumnya dari era Big Machine.
Perjalanan rekaman ulangnya dimulai dengan Fearless (Taylor’s Version) pada bulan April 2021, diikuti oleh Red (Taylor’s Version) pada bulan November 2021. Pada 2023, ia merilis Speak Now (Taylor’s Version), dan 1989 (Taylor’s Version), yang masing-masing memuncaki tangga lagu Billboard 200.
Versi rekaman ulang Swift juga terbukti sukses secara finansial. Album Red (Taylor’s Version) misalnya, telah melampaui performa versi aslinya dalam hal penjualan digital dan streaming. Sementara itu, selama dimiliki Shamrock, master rekaman Swift dilaporkan menghasilkan rata-rata 60 juta dolar AS per tahun secara global, dengan perkiraan keuntungan bersih sekitar 30 juta dolar AS per tahun.