Pertamina International Shipping Dorong Penggunaan LNG untuk Dekarbonisasi

14 hours ago 9

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina International Shipping (PIS) mendorong penggunaan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) secara lebih masif. Direktur Perencanaan Bisnis PIS, Eka Suhendra, menyebut penggunaan LNG turut berkontribusi dalam proses dekarbonisasi.

PIS, kata Eka, berkomitmen terhadap hal tersebut. PIS tengah mencari formulasi terbaik dan efektif untuk mendukung transisi energi, khususnya penggunaan bahan bakar yang benar-benar zero emission di ekosistem maritim.

Eka merinci beberapa contoh sumber energi alternatif yang memerlukan tahapan panjang untuk implementasinya, seperti amonia, listrik, dan hidrogen. Tantangan utama dari penggunaan energi tersebut ialah kebutuhan akan teknologi yang lebih terjangkau.

“Kalau kita lihat sekarang, coba bandingkan biayanya antara yang tadi. Nah, kalau LNG itu more favourable dan emisinya jauh lebih baik dibandingkan bahan bakar fosil yang sekarang ada,” kata Eka saat ditemui di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (27/5/2025).

Ia menyinggung target besar pemerintah untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2050. Menurutnya, opsi paling realistis saat ini adalah mulai memanfaatkan energi alternatif seperti LNG. Secara khusus, ia mengajak seluruh pelaku industri dalam ekosistem kemaritiman untuk meningkatkan penggunaan LNG.

“Baik sebagai bahan bakar di kapal kita maupun sebagai kargonya sendiri,” ujar Eka.

Pemerintah memiliki rencana untuk mengeelektrifikasi Indonesia dengan green fuels, namun kendala utama tetap berada pada biaya. Yang terpenting saat ini, menurut Eka, adalah memastikan ekosistem maritim nasional siap memanfaatkan energi alternatif seperti LNG secara lebih luas.

Eka mengatakan, sejauh ini belum ada perhitungan pasti terkait kebutuhan LNG di PIS sebagai bagian dari aksi dekarbonisasi. Namun, yang penting adalah kapal-kapal PIS sudah menggunakan mesin dual fuel. Fokusnya saat ini adalah mendorong terbentuknya ekosistem terlebih dahulu.

Ia juga menyinggung tantangan di lapangan, terutama belum tersedianya fasilitas LNG bunkering yang memadai untuk pengisian LNG, khususnya di rute-rute kapal PIS.

“Kalau kapalnya harus menuju ke sini dulu terus isi bahan bakar di sini, ya tidak efisien. Nah, ini yang kita tunggu, misalnya ada di Tanjung Priok, itu kan enak,” kata Eka.

Read Entire Article
Politics | | | |