Punya Baju Seabrek, Dosa Gak Sih? Yuk Pahami Soal 'Hisab Baju'

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernahkah kamu mendengar istilah "hisab baju"? Hisab baju mengacu pada anggapan bahwa pakaian yang menumpuk dan jarang dipakai akan menjadi perhitungan hisab di akhirat kelak. Lantas bagaimana pandangan ustadz mengenai hal ini?

Pendiri Rumah Fiqih Indonesia, Ustadz Ahmad Sarwat, mengatakan bahwa sepengetahuannya tidak ditemukan istilah hisab baju dalam Alquran, hadits, maupun literatur klasik Islam. "Sepanjang yang saya tahu, tidak ada istilah hisab baju yang disebut langsung oleh Nabi SAW. Saya juga sudah mencoba mencari di Maktabah Syamilah dengan berbagai kata kunci seperti hisab kiswah atau hisab tsaub, tapi tidak ada hasil," kata Ustadz Ahmad saat dihubungi Republika.co.id, Senin (9/6/2025).

Ia mengatakan Islam memang mengajarkan kesederhanaan (zuhud), menghindari sifat berlebihan (israt), dan larangan menimbun harta yang tidak dimanfaatkan (kanz). Karenanya menurut dia, pandangan hisab pakaian bisa jadi mengacu pada hal tersebut.

"Kalau urusan hisab, semua kenikmatan, termasuk pakaian, pastinya akan dihisab," kata dia.

Namun demikian, menurut Ustadz Ahmad, memiliki koleksi pakaian banyak tidak serta-merta membuat seseorang berdosa. Pasalnya, dalam konteks profesi tertentu seperti selebritis atau pendakwah televisi, koleksi pakaian justru merupakan bagian dari kebutuhan kerja.

"Jadi tidak berarti seseorang yang memiliki pakaian banyak itu melakukan dosa atau kejahatan. Semisal artis, ustaz yang tampil di TV, itu kan perlu wardrobe baru. Bisa disediakan sponsor, bisa juga beli sendiri," kata Ustadz Ahmad.

Menurut dia, mengoleksi pakaian dalam jumlah banyak bukanlah perbuatan dosa selama diperoleh secara halal dan tidak digunakan untuk hal yang haram. "Punya rumah besar, mobil banyak, atau baju bertumpuk tidak otomatis bikin seseorang masuk neraka. Tapi ya, semua itu akan ada hisabnya," jelasnya.

Terkait dengan gaya hidup pada era modern, ia menyebut bahwa zaman telah berubah. Produk seperti pakaian, tisu, dan peralatan makan sekali pakai kini sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak serta-merta dikategorikan sebagai pemborosan.

"Dulu sapu tangan dipakai berkali-kali, sekarang kita pakai tisu. Itu bukan pemborosan, tapi perubahan zaman. Begitu juga dengan pakaian yang murah dan cepat berganti mode," ujar dia.

Ia kemudian mengutip hadits riwayat Muslim, di mana Nabi Muhammad Saw mengingatkan bahwa setiap kenikmatan, sekecil apapun, akan ditanyakan pada hari kiamat. Namun menurutnya, hal itu tidak boleh dimaknai secara kaku atau menakut-nakuti umat Islam secara berlebihan.

"Islam itu seimbang. Bukan berarti setiap kenikmatan otomatis haram. Yang penting adalah niat, cara memperolehnya, dan bagaimana kita memanfaatkannya," jelas dia.

Read Entire Article
Politics | | | |