REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Asisten Redaktur Pelaksana Republika, Fitriyan Zamzami mengungkapkan Republika akan terus menyuarakan kemerdekaan Palestina meski banyak menghadapi narasi yang mendelegitimasi perjuangan Palestina. Termasuk adanya shadow banned yang dilakukan media sosial sehingga menjadi kendala.
"Jadi kalau saya kira memang kami di Indonesia para jurnalis tentu sangat prihatin dengan kondisi di Gaza, Palestina. Kita tahu ini konflik yang memakan banyak korban jiwa dari kalangan jurnalis dan kami menghargai apa yang mereka lakukan di Gaza," ucap Fitriyan di acara Konferensi Aktivis Pembela Palestina se Asia Pasifik di Bandung, Ahad (25/5/2025).
Ia menuturkan pekerjaan yang dilakukan para jurnalis di Gaza, Palestina memberikan pemahaman terhadap masyarakat Indonesia tentang yang terjadi di sana. Karena itu, Republika sangat berterimakasih kepada para jurnalis yang berada di Palestina.
Bagi Republika sendiri, kata pria berdarah Jawa Tengah tersebut, akan terus menyuarakan kemerdekaan Palestina meski banyak kendala dan tantangan yang dihadapi. Fitriyan menyebut masih terdapat shadow banned di media sosial.
"Kami di Republika terkendala (shadow banned) kadang-kadang, secara masif memberitakan di jalur Gaza. Insya Allah Republika dari awal memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan apa pun halangannya apa yang kami hadapi baik dari media sosial kami akan terus menyuarakan kemerdekaan Palestina," tegas Fitriyan.
Tidak hanya itu, ia mengatakan banyak narasi yang beredar mencoba mendelegitimasi atau membelokkan perjuangan Palestina. Fitriyan menyebut banyak buzzer yang digerakan pihak tertentu dan membelokkan perspektif masyarakat tentang konflik di Palestina.
"Tugas kami sebagai jurnalis untuk memberikan pemahaman yang benar yang terjadi di Palestina," kata pria kelahiran Demak tersebut.
Di samping itu, ia berharap jurnalis yang bertugas di Palestina mendapatkan perlindungan yang lebih serius dari komunitas internasional atau negara yang dapat menekan Israel. Sebab genosida terhadap jurnalis tidak dapat dibiarkan saja.
"Kami menginginkan Israel agar membuka agar jurnalis asing bisa masuk ke Gaza," kata dia.
Ia menambahkan pihaknya berharap pemerintah Indonesia dapat memiliki kebijakan untuk menegur platform-platform yang berusaha menghalangi kebebasan pers. "Pemerintah bisa mempunyai kekuatan untuk menyentil platform kalau berusaha menghalangi kebebasan pers di Indonesia," kata dia.
Sebelumnya, ratusan aktivis perempuan se Asia Pasifik berkumpul di Kota Bandung untuk mendorong kemerdekaan Palestina yang saat ini masih dijajah Israel, Ahad (25/5/2025). Mereka berkumpul dalam tajuk Konferensi Aktivis Palestina Asia Pasifik untuk Al Quds dan Palestina.
Para aktivis pembela Palestina tersebut berasal dari berbagai negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Maladewa. Kehadiran para aktivis yang digagas Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha (KPIPA) sekaligus memperingati 70 tahun penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.