Setelah Setahun, Roket dari Suriah Kembali Sambangi Israel

1 day ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Dua roket Grad ditembakkan dari wilayah Daraa di Suriah selatan, dan jatuh di area terbuka di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, Selasa. Ini serangan perdana dari Suriah sejak setahun lalu, saat Bashar al-Assad dijatuhkan dari kepemimpinan.

Sebuah kelompok bersenjata yang menamakan dirinya "Brigade Syuhada Mohammed Deif" mengaku bertanggung jawab atas penembakan pasukan Israel di Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Salah satu pemimpinnya mengatakan kepada Al Jazeera, “Operasi kami melawan pendudukan Israel adalah respons terhadap pembantaian di Gaza, dan ini tidak akan berhenti sampai pemboman terhadap kelompok rentan di Jalur Gaza berhenti.”

Israel mengatakan dua roket ditembakkan ke arah Dataran Tinggi Golan dan jatuh di area terbuka. Serangan itu diklaim dilakukan oleh kelompok yang baru dibentuk, yang dijuluki Brigade Mohammed Deif.

Dua roket diluncurkan dari Suriah selatan di Dataran Tinggi Golan beberapa waktu lalu, kata militer Israel. Menurut IDF, kedua roket menghantam area terbuka, tidak menyebabkan korban jiwa.

Sirene terdengar di komunitas Hispin dan Ramat Magshimim. Ini menandai serangan roket pertama dari wilayah Suriah terhadap Israel sejak 5 Mei 2024, dan yang pertama sejak jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada bulan Desember.

IDF mengonfirmasi melakukan serangan artileri terhadap Suriah selatan menyusul serangan roket di Dataran Tinggi Golan semalam. Kedua roket tersebut diluncurkan dari kawasan Tasil yang terletak sekitar 12 kilometer dari perbatasan Israel. Pasukan IDF mendapat serangan dari orang-orang bersenjata ketika beroperasi di dekat kota Tasil pada April.

Polisi mengatakan petugas menemukan lokasi jatuhnya dua roket di dekat komunitas Ramat Magshimim di Dataran Tinggi Golan beberapa waktu lalu.

Roket-roket yang diluncurkan dari Suriah menghantam area terbuka tanpa menimbulkan korban jiwa. IDF merespons dengan tembakan artileri ke arah lokasi peluncuran.

Menyusul serangan roket dari Suriah ke Israel malam ini, Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan Yerusalem memandang pemimpin Suriah Ahmad al-Sharaa “bertanggung jawab langsung atas setiap ancaman dan tembakan [roket] terhadap Negara Israel.”

“Respon penuh akan segera diberikan,” Katz mengancam, seraya menambahkan bahwa Israel “tidak akan membiarkan kembalinya situasi seperti yang terjadi pada 7 Oktober.”

Kementerian Luar Negeri Suriah menegaskan bahwa mereka “belum dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi pihak mana pun di wilayah tersebut” dan berupaya untuk mengekang aktor-aktor bersenjata dan non-negara di Suriah selatan.

Pernyataan itu muncul setelah Israel mengatakan sepasang roket ditembakkan ke wilayah Dataran Tinggi Golan dari Suriah selatan dan menyalahkan pemerintah Suriah atas serangan tersebut.

Pemerintah Suriah mengaku belum mengkonfirmasi peluncuran roket yang menargetkan Israel, namun mereka mengutuk serangan balik Israel, dengan mengatakan bahwa serangan tersebut mengakibatkan “kerugian besar baik manusia maupun material” dan melanggar kedaulatan Suriah “pada saat kita sangat membutuhkan solusi yang tenang dan damai.”

“Kami menyerukan komunitas internasional untuk memikul tanggung jawabnya dalam menghentikan serangan-serangan ini, dan untuk mendukung upaya yang bertujuan memulihkan keamanan dan stabilitas di Suriah dan kawasan,” kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Suriah.

Selama berbulan-bulan, Israel hampir setiap hari melancarkan serangan udara ke Suriah, membunuh warga sipil dan menghancurkan situs, kendaraan, dan amunisi militer Suriah.

Pelanggaran Israel terhadap kedaulatan Suriah terus berlanjut, meskipun pemerintahan baru Suriah, yang dipimpin oleh Presiden Ahmad al-Sharaa, tidak mengancam Tel Aviv dengan cara apa pun. Pada 8 Desember 2024, faksi oposisi bersenjata Suriah mengambil alih negara tersebut, mengakhiri 61 tahun kekuasaan Partai Ba'ath dan 53 tahun kekuasaan keluarga Assad.

Sejak tahun 1967, Israel telah menduduki sebagian besar Dataran Tinggi Golan. Mereka mengeksploitasi situasi saat ini di Suriah setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad, menduduki zona penyangga Suriah dan menyatakan runtuhnya perjanjian pelepasan tahun 1974 antara kedua belah pihak.

Read Entire Article
Politics | | | |