
REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Idul Adha menjadi momen berbagi daging kurban. Usai panitia kurban membagikan daging ke rumah-rumah, ada kalanya belum tahu akan diolah bagaimana.
Maka, menyimpan sementara daging tersebut, menjadi pilihan banyak orang. Tapi, tak jarang kita kebingungan bagaimana cara menyimpannya agar awet dan tetap menjaga kualitas nutrisi daging.
Pakar gizi dari Universitas Jember (Unej) dr Farida Wahyu Ningtyias mengatakan kunci utama menjaga kualitas daging kurban adalah penanganan yang tepat sejak awal.
Setelah daging diterima, hindari mencucinya dengan air mengalir jika tidak akan segera dimasak.
Ia berujar, Idul Adha selalu identik dengan limpahan daging kurban, namun sering kali masyarakat masih bingung cara penyimpanan daging yang tepat agar kualitas gizi tetap terjaga dan aman dikonsumsi.
Mencuci daging sebelum disimpan justru bisa memicu pertumbuhan bakteri dan membuat daging cepat busuk. Sebaliknya, jika daging kotor, cukup bersihkan permukaannya dengan tisu dapur bersih.
“Menyimpan daging kurban di lemari es dapat menjadi solusi jika tidak langsung diolah. Untuk lemari es (chiller), suhu optimal adalah 0 derajat Celsius hingga 4 derajat Celsius," katanya, Jumat (6/6/2025).
Dekan FKM Unej itu, mengatakan dalam penyimpanan jangka panjang, freezer menjadi pilihan terbaik.
Ia menyarankan suhu optimal −18 derajat Celsius atau lebih rendah.
Dengan pembekuan pada suhu itu, daging utuh atau potongan bisa bertahan hingga 12 bulan atau satu tahun, sedangkan daging cincang hingga empat bulan.
“Pada suhu −18 derajat Celsius, pertumbuhan mikroorganisme dihentikan sepenuhnya, dan proses degradasi gizi berjalan sangat lambat. Kandungan protein, zat besi, vitamin B12, dan zinc dapat dipertahankan dengan baik," imbuhnya.
Namun, ia mengingatkan vitamin larut air seperti B1 (tiamin) bisa sedikit berkurang selama penyimpanan jangka panjang. Selain suhu penyimpanan, katanya, metode pencairan daging beku juga tidak kalah penting untuk menjaga kualitas gizi dan mencegah pertumbuhan bakteri.
Dua Metode Utama
Farida merekomendasikan dua metode utama, yaitu di dalam lemari es (sekitar 4 derajat Celsius) untuk mengurangi risiko pertumbuhan bakteri dan mempertahankan kualitas nutrisi.
Kedua, pencairan dalam air dingin (terbungkus rapat) sebagai alternatif yang lebih cepat dari lemari es. Namun air harus diganti setiap 30 menit untuk menjaga suhu tetap rendah.
“Suhu air yang disarankan adalah sekitar 15 derajat Celsius dengan durasi 2-3 jam. Meskipun sedikit lebih tinggi dalam kehilangan cairan dibanding pencairan di kulkas, metode ini tetap aman jika daging dibungkus rapat untuk mencegah kontaminasi.” ujarnya.
Ia tidak merekomendasikan pencairan pada suhu ruang karena metode itu dapat meningkatkan risiko pertumbuhan bakteri yang cepat.
Studi oleh Obaidi (2016) menemukan peningkatan beban bakteri yang signifikan pada daging yang dicairkan pada suhu ruang.
"Begitu pula dengan pencairan menggunakan microwave yang dapat menyebabkan pemanasan tidak merata dan berisiko pertumbuhan bakteri jika tidak segera dimasak,” ujarnya.
Suhu Krusial Pertahankan Nutrisi
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unej itu membagikan tips penting seputar penyimpanan daging kurban berdasarkan kajian kadar gizi.
Ia menekankan bahwa suhu memainkan peran krusial dalam mempertahankan nutrisi daging.
Pada suhu itu, daging utuh atau potongan dapat bertahan 3-5 hari, sedangkan daging cincang 1-2 hari.
Ia menjelaskan pada rentang suhu tersebut, aktivitas mikroorganisme dan enzim memang masih berlangsung, namun lambat.
"Menjaga suhu di bawah 4 derajat Celsius sangat penting mencegah pertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella dan E.coli, yang dapat berkembang pada suhu di atas 5 derajat Celsius," katanya.
Ameera.Republika