Stok Beras Berkurang dan Harga Mahal, Mentan Jepang Bakal Kunjungi Indonesia

4 hours ago 5

Mentan Andi Amran Sulaiman kembali menyinggung kondisi kekurangan beras di sejumlah negara lain. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kembali menyinggung kondisi kekurangan beras di sejumlah negara lain. Dua di antaranya Jepang dan Malaysia.

Menurut Amran, terkait hal itu, pejabat dari Jepang bakal datang ke Indonesia, beberapa hari lagi. Bakal tercipta diskusi mencari langkah solutif mengenai permasalahan di negeri matahari terbit. Harga beras di sana, sampai melambung tinggi.

"Menteri Pertanian Jepang tanggal 29 (April 2025) juga datang karena harga beras di sana hampir Rp 100 ribu per kilogram, Rp 93 ribu per kilogram. Di Malaysia juga cukup tinggi. Semua kekurangan beras, Malaysia hanya memenuhi kebutuhannya 40-50 persen," kata tokoh asal Sulawesi Selatan itu, dalam konferensi pers di kantornya, di Jakarta, Selasa (22/4/2025).

Amran bersyukur Indonesia dalam kondisi yang cukup terkait produktivitas beras. Saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) di gedung Perum Bulog berada di angka 3,36 juta ton. Hingga Mei 2025, berpotensi terus mengalami peningkatan.

Pada hari ini, Amran dikunjungi Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia, Datuk Seri Mohammad Bin Sabu Pertemuan kedua pihak berlangsung di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan) RI, di Ragunan, Jakarta, Selasa (22/4/2025).

Dalam penyataannya, Datuk Seri mengaku kagum melihat pemanfaatan teknologi pertanian modern di Indonesia. Ia turut menyinggung peningkatan poduksi beras dari Sabang-Merauke. Sehingga kebutuhan domestik terpenuhi. "Saya kagum dengan perubahan teknologi di Indonesia. Terutama membuat penghasilan padi meningkat, sehingga kebutuhan pangan terpenuhi, dan InsyaAllah bisa sampai ekspor," kata Mentan Malaysia.

Oleh karena itu, ia berharap akan ada pertukaran teknologi dan pengetahuan antara kedua negara. Sehingga bisa tercipta simbiosis mutualisme. Datuk senang diskusi mengalir apa adanya. "Perbincangan berjalan tanpa protokol sebab kita macam abang-adik, bersaudara. Kami melihat beberapa kelebihan di sini, kami pelajari, begitu sebaliknya," Menteri Datuk.

Ia menegaskan, kolaborasi kedua pihak akan terus berjalan. Secara khusus antara Badan Riset dan Pengembangan Pertanian Malaysia (Malaysian Agricultural Research and Development Institute/MARDI) dengan Kementan. Sehingga membawa kebaikan bersama. Ada pertukaran informasi dan teknologi.

Read Entire Article
Politics | | | |