Tengok Cara Jepang Bikin Anak Betah di Kelas, Belajar Jadi Gak Ngebosenin

11 hours ago 5

Anak-anak usia sekolah di Jepang. Pakar pendidikan anak asal Jepang Dr Koji Kurusu MD., PhD mengatakan pendidikan bagi anak usia dini di Jepang telah menerapkan pola pendekatan STEAM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses belajar mengajar yang menyenangkan dinilai memegang peranan krusial, terutama bagi anak usia dini. Di fase perkembangan ini, anak-anak memiliki rentang perhatian yang pendek dan rasa ingin tahu yang besar.

Metode pengajaran yang monoton dan kaku justru dapat mematikan minat mereka terhadap belajar. Sebaliknya, pendekatan yang ceria, interaktif, dan penuh stimulasi akan membuat anak-anak melihat belajar sebagai petualangan yang mengasyikkan, bukan sebuah beban.

Pakar pendidikan anak asal Jepang Dr Koji Kurusu MD., PhD mengatakan pendidikan bagi anak usia dini di Jepang telah menerapkan pola pendekatan STEAM. STEAM merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan (Science), teknologi (Technology), teknik (Engineering), seni (Art), dan matematika (Mathematics) untuk memecahkan masalah yang nyata.

Pendiri dan pemilik Azalee Group tersebut menuturkan esensi sistem STEAM bagi pendidikan usia dini yaitu ketika anak sedang belajar mereka menganggap seperti sedang bermain melalui eksplorasi, kreativitas, dan ekspresi. "Maka belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan. Inilah esensi dari pendidikan STEAM sejak dini," ujar Kurusu dalam keterangannya di Jakarta pada Jumat (23/5/2025).

Beberapa waktu lalu, Kurusu berdiskusi dengan pejabat Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) membahas sistem pembelajaran usia dini pada masa mendatang. Kurusu pun menilai Indonesia berpotensi menerapkan pendekatan sistem pendidikan STEAM dibarengi strategi pengembangan kapasitas guru yang berkolaborasi dengan Jepang pada sektor pendidikan anak usia dini.

Sementara itu, Direktur Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Nonformal (PNF) Kemendikdasmen Suparto mengapresiasi penjelasan Kurusu mengenai pendekatan pembelajaran melalui pengalaman dan refleksi di Jepang atau dikenal dengan istilah Deep Learning. "Kami sangat mendukung gagasan bahwa pembelajaran yang mendalam harus melibatkan proses mengalami, membagikan, dan menyampaikan kembali kepada orang lain," ujar Suparto seraya menambahkan saat ini terdapat 67.200 guru PAUD di Indonesia.

Sementara itu, pendiri Yayasan Sakuranesia yang memfasilitasi pertemuan tersebut, yakni Sakura Ijuin dan Tovic Rustam mengharapkan diskusi tersebut menjadi langkah awal untuk membangun landasan kebijakan pendidikan STEAM di Indonesia. "Serta memperkuat kerja sama internasional antara Indonesia dan Jepang pada bidang pengembangan guru maupun pendidikan anak usia dini," ujar Tovic Rustam.

Read Entire Article
Politics | | | |