Thailand Berupaya Menarik Wisatawan Muslim Melalui Sertifikasi Hotel

11 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Thailand memperkuat daya saing sektor pariwisatanya dengan mendorong sertifikasi Muslim-friendly untuk industri hotel dan layanan wisata. Inisiatif ini diambil sebagai respons atas keluhan wisatawan Muslim yang masih kesulitan menemukan makanan halal dan fasilitas ibadah di destinasi utama seperti Bangkok, Phuket, dan Chiang Mai.

“Satu waktu ada kenalan yang harus minta bantuan staf Muslim bandara untuk cari makanan halal, lalu dibawa ke kantin pegawai,” kata Ninareeman Binnima, dokter hewan sekaligus pengurus Thai Muslim Trade Association (TMTA). “Ini sangat buruk untuk citra Thailand di mata wisatawan Muslim,” ujarnya kepada Bangkok Post, dikutip Rabu (16/7/2025).

Sebagai solusi, TMTA meluncurkan skema sertifikasi Muslim-friendly hotel, sebuah pendekatan yang dinilai lebih fleksibel dibanding standar hotel halal. Hotel Muslim-friendly tetap diperbolehkan menyajikan alkohol dan daging babi, selama layanan dan fasilitas dipisahkan dengan jelas. Pendekatan ini disebut lebih realistis karena sebagian besar hotel di Thailand dikelola oleh pelaku usaha non-Muslim.

Rembrandt Hotel di Bangkok menjadi hotel pertama yang menerima sertifikasi Muslim-friendly tingkat dua dari TMTA pada Juni lalu. “Kami sudah memiliki dapur halal terpisah dan staf yang berbicara bahasa Arab,” ujar CEO Rembrandt Hotels,Zaki Baz.

Ia menambahkan, pihaknya tengah menyiapkan dapur halal penuh untuk meraih sertifikasi level tiga yang mensyaratkan pemisahan total dan kepatuhan penuh terhadap standar halal.

Menurut Wakil Presiden TMTA, Fuad Gunsun, keberadaan sertifikasi ini akan menjadi kunci bagi Thailand untuk bersaing dengan negara non-OKI lain seperti Taiwan dan Hong Kong. “Mereka unggul dalam layanan wisata Muslim. Thailand masih tertinggal karena banyak hotel tidak menyediakan sarapan halal,” ujarnya. 

Laporan CrescentRating 2025 mencatat bahwa Thailand mulai naik peringkat sebagai destinasi Muslim-friendly non-OKI, bersaing dengan Singapura, Taiwan, Hong Kong, dan Inggris. Namun, posisi Thailand masih berada di bawah Taiwan yang telah menyediakan ruang salat di stasiun dan pusat wisata utama, serta Hong Kong yang memiliki lebih dari 180 restoran bersertifikat halal.

Tourism Authority of Thailand (TAT) pun mulai bergerak. Panduan wisata Muslim telah diterbitkan untuk berbagai kota besar. Layanan personalisasi seperti rekomendasi kuliner halal, pusat perbelanjaan ramah Muslim, serta destinasi keluarga kini mulai ditawarkan oleh hotel-hotel yang mengincar wisatawan dari Timur Tengah dan Asia Tenggara.

Lonjakan pasar wisata Muslim membuat langkah Thailand semakin diperhitungkan. Menurut CrescentRating, jumlah wisatawan Muslim internasional mencapai 176 juta orang pada 2024, naik 10 persen dibanding sebelum pandemi. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 245 juta orang pada 2030, dengan belanja wisata diproyeksikan menembus 235 triliun dolar AS.

Malaysia dan Indonesia saat ini masih tercatat sebagai destinasi utama wisata halal dunia. Namun, negara-negara non-OKI seperti Thailand, Taiwan, dan Hong Kong mulai mencatat kemajuan dalam penyediaan layanan ramah Muslim dan memperluas daya saingnya di pasar wisata global.

Read Entire Article
Politics | | | |