La Ode Muhammad Nikmat Zaadi
UMKM | 2025-07-18 08:29:55
Ketika Indonesia berhasil menurunkan tarif ekspor ke Amerika Serikat dari 32% menjadi 19%, banyak yang menyambutnya sebagai kemenangan diplomasi. Tapi di balik angka itu, ada komitmen besar: pembelian produk AS senilai US$34 miliar, termasuk energi, agrikultur, dan pesawat Boeing. Sebagai imbal balik, produk ekspor AS ke Indonesia dikenakan tarif 0%.
Sekilas, ini tampak menguntungkan. Tapi bagi pelaku usaha kecil di dalam negeri, terutama UMKM, ini bisa jadi awal dari tantangan baru. Ketika produk asing masuk dengan harga lebih murah dan kualitas tér standarisasi, apakah UMKM kita siap bersaing?
UMKM: Kuat di Jumlah, Lemah di Daya Saing?
UMKM menyumbang lebih dari 60% PDB Indonesia dan menyerap hampir seluruh tenaga kerja. Tapi banyak dari mereka masih beroperasi secara tradisional, dengan keterbatasan modal, teknologi, dan akses pasar. Produk pangan, tekstil, dan kerajinan lokal bisa tergeser oleh produk impor yang lebih murah dan lebih rapi.
Saya pernah berbincang dengan pelaku usaha tempe di Bekasi. Mereka mengeluhkan harga kedelai impor yang naik, sementara kedelai lokal belum bisa diandalkan. Kini, dengan produk agrikultur AS masuk tanpa tarif, mereka khawatir akan kalah di pasar sendiri.
Strategi Bertahan: Dari Digitalisasi hingga Kolaborasi
UMKM tidak bisa dibiarkan bertarung sendirian. Beberapa langkah yang bisa ditempuh:
- Digitalisasi usaha: agar pemasaran dan manajemen lebih efisien
- Sertifikasi produk: agar kualitas bisa bersaing
- Klaster produksi: agar skala ekonomi tercapai
- Kemitraan dengan industri besar: agar UMKM jadi bagian dari rantai pasok nasional
Tapi semua ini butuh pendampingan, bukan sekadar pelatihan satu hari lalu selesai.
Peran Pemerintah: Jangan Biarkan UMKM Jalan Sendiri
Pemerintah punya peran penting. Mulai dari insentif fiskal, pembiayaan murah, perlindungan pasar, hingga afirmasi dalam pengadaan barang dan jasa. Infrastruktur logistik juga harus diperbaiki agar produk UMKM bisa menjangkau pasar lebih luas.
Kebijakan harus menyentuh akar persoalan. Jangan hanya berhenti di seminar dan brosur.
Penutup: UMKM Adalah Pilar, Bukan Pelengkap
Tarif dagang bisa jadi peluang, tapi juga ancaman. UMKM harus diposisikan sebagai pilar ekonomi nasional, bukan pelengkap. Dengan strategi yang tepat dan dukungan nyata, UMKM bisa bertahan, bahkan tumbuh di tengah arus global yang makin deras. (LMNZ)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.