Unair Terapkan Teknologi Nano-Karbon dari Batok Kelapa untuk Atasi Limbah Batik di Kota Batu

2 hours ago 2

Home > Iptek Wednesday, 24 Sep 2025, 10:35 WIB

Pelatihan diikuti 21 pengrajin batik

Pelatihan pengelolaan limbah batik menggunakan teknologi nano-karbonPelatihan pengelolaan limbah batik menggunakan teknologi nano-karbon

SEKITARSURABAYA.COM, SURABAYA -- Program Studi Rekayasa Nanoteknologi Universitas Airlangga (Unair) membantu pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) batik di Kota Batu dalam mengatasi persoalan limbah cair berbahaya.


Tim Unair memperkenalkan teknologi nanomaterial berbasis karbon yang berasal dari batok kelapa untuk mengatasi limbah cair batik berbahaya.


Proses pembuatannya dilakukan dengan pembakaran pada suhu tertentu, kemudian dihaluskan menggunakan alat ball mill. Hasilnya berupa nano-karbon dengan luas permukaan besar yang mampu menyerap zat pewarna berbahaya secara efektif, sebelum limbah dialirkan ke lingkungan.


Ketua pelaksana, Tahta Amrillah menjelaskan, inovasi nano-karbon mendukung pengrajin batik menerapkan prinsip produksi ramah lingkungan sesuai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).


Teknologi ini relevan dengan SDG 12 (konsumsi dan produksi berkelanjutan), SDG 6 (air bersih dan sanitasi), serta SDG 13 (penanganan perubahan iklim).


“Program ini tidak hanya memberikan solusi teknologi, tetapi juga mengubah perilaku pengrajin agar lebih peduli terhadap lingkungan,” ujar Tahta.


Ia mengungkapkan, saat ini tim Unair sedang mengembangkan prototipe pengolahan limbah berbasis nanoteknologi agar bisa langsung dimanfaatkan UMKM batik.


Wakil Dekan III FTMM, Prastika Krisma Jiwanti berharap, program ini terus berlanjut dan mampu menghasilkan hilirisasi ilmu yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat.


“Dengan aplikasi nanoteknologi, pengolahan limbah bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Harapannya, industri batik di Kota Batu berkembang berkelanjutan tanpa merusak lingkungan, sekaligus memperkuat kontribusi Indonesia pada pencapaian SDGs,” ujarnya.


Sebanyak 21 pengrajin batik mengikuti kegiatan ini. Mereka mendapatkan sosialisasi pembuatan nano-karbon, demonstrasi penggunaan, hingga pembagian paket nano-karbon siap pakai untuk diterapkan dalam produksi.


“Saya baru tahu limbah kelapa bisa dimanfaatkan untuk mengolah limbah pewarna batik,” kata salah satu peserta kegiatan.
Menariknya, kegiatan ini juga melibatkan siswa disabilitas SLB Eka Mulia yang ikut mendukung proses produksi batik. Kolaborasi tersebut memperlihatkan bahwa pengolahan limbah tidak hanya berfokus pada kelestarian lingkungan, tetapi juga mampu mendorong pemberdayaan masyarakat secara inklusif.

Image

Read Entire Article
Politics | | | |