
REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Hari ini, Kamis (5/6/2025), seluruh jamaah haji Indonesia menjalani wukuf di Arafah. Wukuf di Arafah menjadi sahnya haji seseorang.
Hal ini sebagaimana Firman Allah, haji itu adalah Arafah. Untuk itu, seluruh jamaah haji Indonesia tanpa kecuali termasuk jamaah yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Arab Saudi dibawa ke Arafah untuk disafariwukufkan.
Waktu Wukuf dimulai dari tergelincirnya matahari atau saat Dzuhur) pada 9 Zulhijjah, sampai terbenamnya matahari. Wukuf dikenal dengan berdiam diri, berdoa, dan berdzikir di Padang Arafah.
Saat jutaan jamaah haji melaksanakan wukuf, akan ada suasana berbeda di sekitar Ka'bah dan Masjidil Haram, yang lengang tak seperti biasanya.
Kondisi ini di manfaatkan kaum wanita penduduk Makkah untuk melakukan tawaf maupun umrah. Para wanita di Saudi khususnya di Makkah punya tradisi khusus saat para jamaah melakukan wukuf.
Mereka akan mendatangi Masjidil Haram beribadah.
Para wanita di sana biasanya mengumpulkan anggota keluarga, teman dan tetangga untuk ke Masjidil Haram. Di sana, mereka akan fokus ibadah sambil menanti matahari terbenam untuk berbuka puasa.
Selebgram asal Timur Tengah, Fatmah Jamal, melalui unggahan videonya menjelaskan hari Arafah semua jamaah haji pergi ke Padang Arafah, tapi kok masjidil haram tetap ramai.
Siapa yang datang? Dan kenapa justru mereka yang memenuhinya.
Kata Fatimah, mereka bukan turis, bukan jamaah haji, dan bukan petugas. Tapi ada pemandangan yang unik, dan hanya terjadi setahun sekali di hari Arafah.
Di momen itu, menurutnya, ribuan wanita asli Makkah berbondong-bondong datang ke Masjidil Haram, bukan sekadar lewat.
Tapi berpuasa, berbuka, shalat Magrhib dan Isya berjamaah, dan menghidupkan tempat paling suci di saat para pria melayani tamu Allah di Arafah, Mina dan Muzdalifah.
“Tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan dikenal dengan sebutan Yaumul Khulaif. Hari Para Pengganti. Karena kaum-kaum pria digantikan dengan para wanita untuk meramaikan rumah Allah.”
Mereka, lanjut Fatimah, tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang mewajibkan, tapi mereka datang karena cinta dan semangat. Karena mereka tahu, Masjidil Haram tak boleh sepi.
“Bayangin bisa duduk tenang di depan Ka’bah, bisa mencium Hajar Aswad tanpa desak-desakan, bisa menikmati ibadah dengan khusyu’ depan Ka’bah. Masya Allah, ini nikmat yang hanya dirasakan Mu’nisat Al Haram, para wanita penghangat dan pendamping Masjidil Haram,” jelasnya.
Tradisi Yaumul Khulaif, ada pula yuang menyebutnya sebagai hari lowong atau kosong. Sebab, kaum pria Makkah nyaris tak terlihat karena mereka disibukkan memandu para jamaah haji di Arafah, Muzdalifah, Mina. Sedangkan kaum wanita bisa melakukan ibadah di Masjidil Haram dengan leluasa tanpa berdesakan.
Tak wanita Makkah, mereka yang dari luar Makkah juga memanfaatkan hari it untuk beribadah di Masjidil Haram. Sebab ini menjadi pengalaman tidak terlupakan, berada di Baitullah dalam suasana lapang.
Mila