AI Makin Jago Bikin Video, Sutradara Rako Prijanto Dorong Sineas Lebih 'Edan' Berkarya

1 day ago 8

AI membuat film (ilustrasi). AI memaksa para kreator untuk berpikir lebih keras dan bekerja lebih cerdas demi melahirkan karya yang benar-benar orisinal dan memiliki nilai seni tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Rako Prijanto, yang menyabet gelar Sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2013, menyoroti perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) di ranah kreasi video. Menurutnya, kemajuan AI ini membawa tantangan sekaligus peluang bagi para insan kreatif di industri film dan video.

Dia melihat bahwa AI, dengan kemampuannya menghasilkan konten visual yang semakin realistis dan kompleks, memaksa para kreator untuk berpikir lebih keras dan bekerja lebih cerdas demi melahirkan karya yang benar-benar orisinal dan memiliki nilai seni tinggi. "AI dan ChatGPT itu based on data. Itu justru harusnya mendorong kita untuk menghasilkan sebuah karya yang original yang belum pernah ada (terpikirkan oleh orang lain)," ujar Rako saat sesi tanya-jawab dalam konferensi pers film animasi Warkop DKI Kartun di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Senin (2/6/2025).

Maka teknologi yang semakin canggih adalah tantangan bagi pembuat animasi dan sineas film untuk memantik inovasi dan daya kreatifnya melampaui data yang sudah pernah ada, dan menciptakan sesuatu yang benar-benar baru. Aspek koneksi langsung antara para aktor dengan penggemar juga menjadi penting untuk senantiasa dibangun selama mengapresiasi sebuah karya kreatif.

Menurut Rako, ikatan emosional dan pengalaman bersama antara aktor dengan audiens akan menjadi nilai tambah sebuah karya kreatif buatan tangan manusia, dan tidak bisa ditiru AI. "Sensasinya pasti akan sangat beda. Visual (aktor) yang ada beneran, itu akan sangat beda (dengan visual buatan AI). Enggak akan ada promosi seperti saat ini, misalkan pemain datang 'head-to-head' dengan penonton," ujar Rako.

Kuncinya terletak pada kemampuan insan kreatif untuk mempertahankan orisinalitas dan terus membangun koneksi yang mendalam dengan audiens. Dengan demikian, di era AI sekalipun, karya buatan manusia akan selalu memiliki nilai yang tak tergantikan.

Read Entire Article
Politics | | | |