
REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Diabetes, atau sering dikenal sebagai penyakit gula darah tinggi atau kencing manis, bukan sekadar kondisi biasa.
Ini adalah sinyal peringatan serius dari tubuh. Ketika kadar glukosa dalam darah melampaui batas normal, berarti tubuh sedang kesulitan mengolah gula menjadi energi.
Akibatnya, gula menumpuk dalam aliran darah, berpotensi merusak organ vital. Seperti ginjal, mata, hingga saraf. Data Kemenkes RI, menunjukan diabetes masih menjadi masalah kesehatan utama dengan prevalensi yang tinggi. Jadi, jangan abaikan tanda-tanda awalnya.
Kapan Gula Darahmu dalam Zona Bahaya?
Kadar gula darah normal berada di antara 70-99 mg/dL. Namun, begitu angka menyentuh 100-125 mg/dL, maka sudah masuk kategori prediabetes – ini adalah lampu kuning yang harus diwaspadai.
Lebih dari itu, jika kadar gula darah mencapai 126 mg/dL atau lebih, ini sudah tergolong mengidap diabetes. Kondisi gula darah tinggi dikenal sebagai hiperglikemia.
Hiperglikemia terjadi karena tubuh mengalami gangguan dalam memanfaatkan glukosa secara efektif, sehingga terjadi penumpukan gula dalam darah.
Kenapa Gula Darahmu Bisa Melonjak?
Penyebab utama gula darah tinggi pada diabetes terletak pada gangguan penggunaan glukosa oleh tubuh. Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi dari virus dan bakteri, justru berbalik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin di pankreas.
Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak bisa memproduksi insulin sama sekali. Sebaliknya, pada diabetes tipe 2, tubuh masih bisa memproduksi insulin, namun sel-sel tubuh tidak merespons insulin dengan baik.
Kondisi ini dinamakan resistensi insulin, membuat gula tetap menumpuk di darah.
Fakta Mengejutkan dari WHO: Diabetes Ancam Kesehatan Global!
Data WHO menunjukkan betapa seriusnya ancaman diabetes secara global. Jumlah penderita diabetes melonjak drastis, dari 200 juta di tahun 1990 menjadi 830 juta tahun 2022. Angka ini terus bertambah!
Lebih dari separuh penderita diabetes pada tahun 2022 tidak mengonsumsi obat-obatan yang diperlukan.
Diabetes juga berpotensi memicu kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung, stroke, bahkan risiko amputasi anggota tubuh bagian bawah. Pada tahun 2021, diabetes dan penyakit ginjal akibat komplikasi diabetes menyebabkan lebih dari dua juta kematian.
Sekitar 11% kematian kardiovaskular disebabkan oleh kadar glukosa darah tinggi.
Pola makan sehat, aktivitas fisik teratur, menjaga berat badan ideal, dan menghindari tembakau adalah cara efektif mencegah atau menunda diabetes tipe 2.
Siapa Saja yang Berisiko?
Faktor risiko diabetes tipe 1 meliputi:
Gen tertentu bisa meningkatkan risiko jika ada anggota keluarga yang mengidapnya.
Kurangnya paparan vitamin D dari sinar matahari (misalnya di Finlandia dan Sardinia) bisa memicu penyakit autoimun.
Usia: Paling sering terdeteksi pada anak-anak usia 4-7 tahun, lalu 10-14 tahun.
Pemicu Lain: Konsumsi susu sapi terlalu dini, air mengandung natrium nitrat, sereal/gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan, riwayat preeklampsia pada ibu, dan sakit kuning saat lahir.
Adapun faktor risiko diabetes tipe 2:
Berat Badan Berlebih/Obesitas.
Penumpukan Lemak Perut yang Tinggi.
Jarang beraktivitas atau berolahraga.
Anggota keluarga yang mengidap diabetes tipe 2.
Ras kulit hitam, Hispanik, Native American, dan Asia-Amerika memiliki risiko lebih tinggi.
Usia: Di atas 45 tahun (meskipun bisa terjadi sebelum usia ini).
Kondisi Prediabetes: Gula darah di atas normal, namun belum masuk kategori diabetes.
Riwayat Diabetes Gestasional (diabetes saat hamil).
Wanita dengan Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS).
Gejala Umum Diabetes
Gejala diabetes bisa bervariasi tergantung tingkat keparahan dan jenisnya. Namun, secara umum, penderita diabetes akan mengalami beberapa tanda seperti:
Peningkatan Rasa Haus dan Lapar Berlebihan.
Sering Buang Air Kecil (terutama di malam hari).
Mudah Lelah atau Kelelahan Kronis.
Penglihatan Kabur.
Gusi Merah dan Bengkak.
Infeksi Jamur atau Bakteri Berulang.
Kesemutan atau Mati Rasa.
Kulit Kering.
Lemas dan Sakit Kepala.
Luka Sulit Sembuh.
Infeksi Berulang (pada gusi, kulit, atau area vagina).
Penurunan Berat Badan yang Tidak Jelas Penyebabnya.
Kehadiran Keton dalam Urine: Ini menunjukkan tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi karena kekurangan insulin.
Jenis-Jenis Diabetes: Perbedaan Krusial untuk Penanganan Tepat
Ada beberapa jenis utama diabetes yang perlu Anda ketahui:
Diabetes Tipe 1: Ini adalah kondisi autoimun di mana tubuh menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas. Penderitanya mutlak membutuhkan suntikan insulin seumur hidup.
Diabetes Tipe 2: Jenis yang paling umum, di mana tubuh resisten terhadap insulin atau tidak menghasilkan cukup insulin. Obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan riwayat keluarga adalah faktor risiko utamanya.
Diabetes Gestasional: Kondisi ini berkembang selama kehamilan dan biasanya hilang setelah melahirkan. Namun, perlu diwaspadai karena meningkatkan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Prediabetes: Kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tetapi belum terdiagnosis diabetes. Kondisi ini meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan stroke.
Mengenali tanda dan gejala diabetes sejak dini sangat penting untuk penanganan yang tepat. Jika suatu saat merasakan gejala-gejala yang disebutkan di atas atau memiliki faktor risiko, segera konsultasikan dengan dokter.
Diagnosis dini akan membantu mengontrol kadar gula darah, mencegah komplikasi serius, dan memungkinkan Anda menjalani hidup yang lebih berkualitas.
Pola Hidup Sehat: Senjata Ampuh Melawan Diabetes!
Dengan menerapkan pola makan sehat, rutin berolahraga, menjaga berat badan ideal, dan menghindari rokok, hal itu dapat mencegah atau setidaknya menunda timbulnya diabetes tipe 2.
Edukasi diri tentang penyakit ini menjadi langkah pertama menuju hidup yang lebih sehat dan bebas komplikasi. Mengingat prevalensi diabetes yang terus meningkat di Indonesia, ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau tenaga medis, melainkan tanggung jawab kita bersama.
Dengan meningkatkan kesadaran, berbagi informasi yang akurat, dan menerapkan gaya hidup sehat, masyarakat bisa berkontribusi menekan angka penderita diabetes. Mulai dari diri sendiri, dari keluarga, lalu sebarkan ke lingkungan sekitar. Bersama, kita bisa ciptakan Indonesia yang lebih sehat!
Mila/ Sumber: Kemenkes, WHO.