REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) masih mencatatkan surplus terbesar pada transaksi Januari hingga April 2025, di tengah kebijakan tarif impor yang ditetapkan oleh Presiden Donald Trump.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan total nilai neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat pada April 2025 mencapai 1,12 miliar dolar AS.
"Jadi total nilai ekspor ke Amerika Serikat di bulan April 2025 adalah sebesar 2,08 miliar dolar AS dan total nilai impor dari Amerika Serikat di bulan April 2025 ini adalah sebesar 0,96 miliar dolar AS," kata Pudji di Jakarta, Senin (2/6/2025).
Pudji menjelaskan Amerika Serikat merupakan negara penyumbang surplus terbesar dengan nilai 5,44 miliar dolar AS pada Januari hingga April 2025. Sedangkan neraca perdagangan nonmigas secara kumulatif tercatat 6,42 miliar dolar AS pada periode yang sama.
Adapun komoditas pendorong surplus tersebut adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar 1,25 miliar dolar AS, alas kaki sebesar 838,4 juta dolar AS, serta pakaian dan aksesorisnya (rajutan) sebesar 801,4 juta dolar AS.
Dari sisi ekspor, Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor kedua terbesar pada Januari hingga April 2025, dengan nilai 9,38 miliar dolar AS. Komoditas penyumbang ekspor tersebut, yakni mesin dan perlengkapan elektrik sebesar 1,60 miliar dolar AS, alas kaki sebesar 0,85 miliar dolar AS, serta pakaian dan aksesorisnya (rajutan) sebesar 0,80 miliar dolar AS.
Diketahui, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar 0,16 miliar dolar AS. Surplus ini ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas yaitu sebesar 1,51 miliar dolar AS.
Komoditas penyumbang surplus utamanya adalah yang pertama bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani atau nabati, serta besi dan baja.
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit 1,35 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah.
Negara mitra dagang kedua penyumbang surplus terbesar adalah India (3,98 miliar dolar AS) dan disusul oleh Filipina (2,92 miliar dolar AS).
Sementara negara penyumbang defisit terdalam adalah Tiongkok (6,28 miliar dolar AS), Singapura (2,41 miliar dolar AS) dan Australia (1,75 miliar dolar AS).
sumber : Antara