BPS Ungkap Penyebab Angka Pengangguran di Jateng Sulit Turun

23 hours ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan, penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jateng belum signifikan. Menurut BPS, hal itu terjadi karena ketersediaan lapangan kerja tak berimbang dengan jumlah tenaga kerja.

Plt Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih, mengungkapkan, angka TPT di Jateng secara year-on-year pada Februari 2025 sebenarnya mengalami penurunan sebesar 0,06 persen poin, yakni dari 4,39 menjadi 4,36 persen. "Meskipun itu sudah ideal, tapi mungkin tidak signifikan dalam hal pengurangan," ucapnya ketika diwawancara pada Kamis (12/6/2025).

Menurut Endang, hal itu terjadi karena ketersediaan lapangan kerja tak sebanding dengan jumlah tenaga kerja. "Penyediaan tambahan pekerja yang sekarang ini, 2024 ke 2025, tambahan pekerjanya itu sekitar 0,52 juta. Tapi penyediaan lapangan kerjanya 0,51," ujarnya.

"Jadi peningkatan tambahan pekerjanya itu 0,52 tapi penyediaan lapangan kerjanya masih kurang dari itu. Sehingga ini kan kalau kita lihat tidak imbang," tambah Endang.

Oleh sebab itu, upaya penyediaan lapangan kerja masih dibutuhkan. "Kita masih perlu lagi untuk menggenjot penyerapan tenaga kerja," kata Endang.

Menurut Endang, salah satu langkah yang dapat diambil untuk penyerapan tenaga kerja adalah pengembangan kawasan industri. Misalnya Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). Endang menyebut, kontribusi dan pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) KITB 9,38 persen, tertinggi di Jateng.

"Ini kan berarti sudah bisa membuktikan Kawasan Industri Batang ini bisa menyerap tenaga kerja cukup banyak, juga bisa meningkatkan investasi di sana," kata Endang.

Dia menjelaskan, sektor industri memang menjadi penyerap tenaga kerja tertinggi. "Sektor industri penyerapannya itu sebesar 20,91 persen. Ini keadaan Februari 2025," ujarnya.

Dengan potensi industri yang ada di Jateng, Endang menilai, sektor pendidikan memiliki tugas untuk berperan dalam menekan TPT. Misalnya dengan menyesuaikan lulusan SMK dengan kebutuhan industri.

"Karena memang terbukti di dalam data kita itu untuk yang kontribusi pengangguran pendidikan SMA kejuruan masih tinggi, 6,83 persen. Tapi itu sudah jauh berkurang. Pada Februari 2021 dulu yang tingkat pengangguran terbuka untuk lulusan SMA itu masih tercatat 12,36 persen," ucap Endang. 

Read Entire Article
Politics | | | |