REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyambut positif keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen. Penurunan ini diyakini akan memperluas ruang gerak pelaku usaha dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
"Sebagai bank yang memiliki fokus utama pada segmen UMKM, BRI optimistis bahwa pelonggaran suku bunga akan memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi dunia usaha. Kami memandang kebijakan ini berpotensi menurunkan cost of fund secara bertahap, meningkatkan minat pembiayaan, serta mendorong konsumsi dan investasi masyarakat," kata Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi dalam keterangan tertulis, Kamis (22/5/2025).
Hendy menegaskan, BRI akan terus menyesuaikan strategi penyaluran kredit secara prudent dan selektif, dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian serta good corporate governance. Keputusan penurunan suku bunga acuan diumumkan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Mei 2025.
"Pertimbangannya yakni, pertama, inflasi rendah; kedua, stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga; dan ketiga, turut mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Perry.
Perry memaparkan, inflasi Indonesia tetap terkendali. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2025 tercatat sebesar 1,95 persen (year-on-year/yoy), dengan inflasi inti 2,50 persen (yoy). Inflasi kelompok volatile food sebesar 0,64 persen (yoy), dan administered prices sebesar 1,25 persen (yoy), setelah Maret 2025 mencatat deflasi 3,16 persen.
"Kami perkirakan inflasi kemungkinan sekitar 2,6 persen, jadi (angka inflasi) rendah," ungkap Perry. BI memproyeksikan inflasi tahun 2025 dan 2026 tetap pada sasaran 2,5±1 persen.
Selain itu, nilai tukar rupiah juga tetap stabil dan cenderung menguat. Hingga 20 Mei 2025, rupiah menguat 1,13 persen (point-to-point/ptp) dibanding akhir April 2025. "Secara keseluruhan, pergerakan rupiah berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian," kata Perry.
Pertumbuhan ekonomi menjadi alasan ketiga. Ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 tumbuh 4,87 persen, melambat dibanding kuartal IV 2024 yang sebesar 5,02 persen. "Oleh karena itu, Bank Indonesia turut mendorong pertumbuhan ekonomi dengan, tentu saja, pertimbangan inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat," jelas Perry.