REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertandingan basket di kompetisi tertinggi di Tanah Air, IBL, semakin seru dan menarik. Kehadiran pemain asing yang semakin meningkat kualitasnya membuat permainan kini berlangsung dengan intensitas tinggi.
Syaangnya, ini tak dibarengi dengan kualitas wasit yang memimpin laga. Keputusan wasit kerap mendapat sorotan khususnya dalam sejumlah laga krusial.
Terbaru, klub Dewa United yang kalah saat melawan Satria Muda akhir pekan lalu melancarkan protes terhadap buruknya kepemimpinan wasit.
Menurut Augie Fantinus, praktisi basket yang juga pembawa acara di Podcast Basket Pemain Cadangan, ada sejumlah klub IBL yang sudah lelah dengan masalah ini dan menuntut perbaikan.
"Sejumlah pemilik klub bahkan mengaku sudah capek dengan kualitas wasit. Mereka bilang 'lebih baik nggak usah main saja kalau begini terus (tak ada perbaikan kualitas wasit)'. Sudah banyak klub yang protes resmi termasuk Dewa United yang terbaru," ujar Augie saat berbincang dengan Republika.co.id, Kamis (22/5/2025).
Masalah ini juga mendapat perhatian dari DPP Perbasi, selaku induk organisasi bola basket Indonesia. Wakil Ketua Perbasi Bidang SDM Christopher Tanuwidjaja mengakui kurangnya kualitas wasit di IBL dan akan membantu pembenahan kualitas wasit basket di kompetisi ini. Untuk jangka pendek menawarkan penggunaan wasit asing pada babak playoff IBL yang digelar akhir Juni.
"Saya melihat beberapa pertandingan tersebut dan saya juga mengakui ada beberapa kesalahan dari para wasit. Kita juga menyadari dengan cepatnya kemajuan IBL dan dengan banyaknya pemain asing kaliber tinggi, kemampuan rata-rata wasit kita belum cukup untuk mengimbangi level kompetisi yang tinggi saat ini," kata Koh Itop sapaannya.
Kondisi ini sudah disadari, DPP Perbasi. Namun, dengan jadwal kompetisi yang padat saat ini, Perbasi harus menunggu sampai kompetisi selesai baru dapat memulai program yang sedang diagendakan bersama-sama dengan FIBA. Program ini untuk pengembangan wasit dan tidak bisa instan.
"Jadi untuk playoff hingga babak final IBL, kami sudah mengajukan ke FIBA untuk membantu kami menyediakan wasit-wasit dari luar negeri. Demikian solusi jangka pendeknya sampai musim ini selesai. Untuk jangka panjang, kami sudah berkoordinasi dgn JBA (Japan Basketball Association) dan FIBA untuk beberapa program pengembangan wasit, yang baru bisa kita mulai saat off season IBL," ujarnya.
"Kami pun sudah menurunkan beberapa wasit ke level bawah, yang kami nilai tidak memenuhi syarat untuk memimpin di IBL, karena mereka gagal di penataran yang kami adakan di awal tahun 2025," kata dia.
Sekjen DPP Perbasi Nirmala Dewi menambahkan, Perbasi sebagai federasi bola basket Indonesia akan terus melakukan penyempurnaan-penyempurnaan untuk perbaikan kualitas wasit di IBL maupun di semua kejuaraan-kejuaraan di bawah naungan DPP Perbasi.
"Ini sebagaimana semangat kita yang tidak hanya fokus melakukan perbaikan dari sisi teknis untuk memberikan prestasi yang lebih baik tapi juga perbaikan perangkat pertandingan sebagai salah satu sektor penting dalam pertandingan," kata Nirmala.
Musim ini juga diwarnai berbagai kontroversi terkait kepemimpinan wasit. Salah satu kasus menonjol adalah ketika IBL harus memberikan sanksi skorsing kepada Cori Cobha Cabhita akibat kesalahan saat memimpin pertandingan antara Satria Muda Pertamina Jakarta melawan Tangerang Hawks Basketball pada 5 Maret lalu.
Atas kesalahan tersebut, wasit itu diberhentikan sementara selama delapan pekan kompetisi dan diwajibkan mengikuti program pembinaan kembali.