Budaya Saling Memakai di Medsos, Ketum PBNU: Seharusnya Perbanyak Kongkow

9 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab dipanggil Gus Yahya menegaskan pentingnya membangun ruang dialog dalam menghadapi perbedaan pandangan di tengah masyarakat.

Dia menyayangkan budaya saling menghujat yang marak terjadi di media sosial. "Kita sering saling memaki di medsos tanpa pernah bertemu langsung. Itulah pentingnya kongkow-kongkow. Padahal seharusnya kita lebih banyak kongkow (berdialog) dulu," ujar Gus Yahya dalam Diskusi Forum Kramat bertajuk “Pentingnya Konsensus Kebangsaan” yang digelar di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (13/6/2025).

Dalam paparannya, Gus Yahya pun menekankan pentingnya kesadaran kolektif sebagai puncak konsensus kebangsaan. “Konsensus tertinggi adalah kesadaran masyarakat yang tak terkatakan, sedangkan yang terendah berupa Undang-Undang,” ucap dia.

Dia menyebut masyarakat Indonesia sesungguhnya memiliki pengalaman panjang dalam menyelesaikan perselisihan secara mandiri, yang seharusnya menjadi fondasi dalam menjaga keutuhan bangsa.

Terkait cita-cita masyarakat adil dan makmur, Gus Yahya menilai konsep tersebut masih sangat abstrak.

“Kita butuh konsensus di tingkat operasional yang lebih konkret, meski membutuhkan proses panjang untuk mencapainya,” kata dia.

Diskusi ini turut menghadirkan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pdt Jacky Manuputy, sebagai pembicara. Senada dengan Gus Yahya, Jacky Manuputy menyoroti pentingnya ketahanan sosio-kultural sebagai penyangga utama persatuan nasional.

“Saya yakin Indonesia punya buffer zone kultural. Jika ada yang bilang Indonesia gelap, pasti akan ada titik baliknya,” ujar Jacky.

Namun, dia menekankan perlunya energi pendorong dalam koridor etis dan moral yang jelas guna memperkuat bangunan konsensus kebangsaan yang inklusif.

Sementara itu, tokoh NU yang juga Ketua PBNU Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH Ulil Abshar Abdalla, mengusulkan pembentukan forum khusus untuk membahas isu-isu kebangsaan secara berkelanjutan.

BACA JUGA: Rudal Houthi Bernamakan Pedang Nabi SAW Hantam Israel: Takbir di Yerusalem, Pujian di Medsos

“Kita perlu wadah khusus yang fokus membahas diskursus kebangsaan secara terus-menerus,” ucap Gus Ulil, sapaan akrabnya.

Diskusi ini juga menyoroti perlunya implementasi nilai-nilai konsensus dalam praktik kehidupan sehari-hari. Kedua pembicara menekankan pentingnya komitmen bersama demi kemaslahatan bangsa di tengah keragaman yang ada.

Read Entire Article
Politics | | | |