Bung Karno Temukan Pancasila Saat Sakit Malaria di Bawah Pohon Sukun di Ende

1 day ago 7

Lincak 2025-06-01 08:44:17

Patung Bung Karno sedang duduk menghadap ke laut dekat pohon sukun bercabang lima di Taman Perenungan Bung Karno di Ende. Butir-butir Pancasila ditemukan Bung Karno ketika sering merenung di bawah pohin sukun, ketika malaria menyerang. Sumber: priyantono oemar

Dibuang ke Ende, Bung Karno ditemani istrinya, Inggit, dan ibu mertua serta anak angkatnya, Ratna Djuami. Mereka menempati rumah yang di halamannya ada pohon keluwih.

Bung Karno biasa menghabiskan waktu untuk membaca atau merenung di bawah pohon itu hingga akhirnya ia menyingkir karena kucing-kucing menguasai area pohon keluwih itu. Ia mencari tempat lain, pohon sukun di atas bukit, yang ketika ia duduk berjam-jam di bawahnya menghadap ke selatan, akan melihat laut.

Ia menyukai tempat ini, dan tetap mendatanginya kendati sedang sakit malaria. Aha... ia menemukan lima mutiara bangsa: Pancasila.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Aku tidak mengatakan bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara yang indah,” kata Bung Karno kepada Cindy Adams di buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Empat tahun Bung Karno tinggal di Ende, sejak 1934 hingga 1938. Bung Karno dikirim ke Ende dengan kapal dari Surabaya, dikawal polisi Belanda.

Selama di Ende, polisi menguntitnya dalam jarak 60 meter di belakangnya setiap Bung Karno bepergian. Bung Karno boleh bepergian dalam radius 10 kilometer dari rumah pengasingan.

Saat itu, Ende merupakan kampung nelayan dengan jumlah penduduk 5.000 orang. Selain nelayan, ada pula petani kelapa.

“Keadaannya masih terbelakang,” kata Bung Karno. Jalan raya di Ende masih berupa jalan yang belum diaspal, dibuat dengan menebas hutan.

“Di musim hujan lumpurnya menjadi bungkah-bungkah. Dan apabila matahari yang menghanguskan memancar dengan terik, maka bungkah-bungkah itu menjadi keras dan terjadilah lubang dan aluran baru,” kata Bung Karno.

Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende. Foto: priyantono oemar

Tak ada telepon ataupun telegraf di Ende. Untuk berhubungan dengan dunia luar harus mengandalkan kapal pos.

Ada dua buah kapal pos yang keluar-masuk Ende setiap bulan. “Jadi, dua kali dalam sebulan kami menerima surat-surat dan surat kabar dari luar,” kata Bung Karno.

Bung Karno ditempatkan di sebuah rumah di sebuah kampung di perbukitan, namanya Ambugaga. Rumah-rumahnya berupa pondok-pondok beratap ilalang, dikelilingi kebun pisang, kelapa, dan jagung.

Tak ada listrik, tak ada air ledeng. “Kalau hendak mandi aaku membawa sabun ke Wola Wona, sebuah sungai dengan airnya yang dingin dan di tengah-tengahnya berbingkah-bingkah batu,” kata Bung Karno.

Rumah tempat tinggal Bung Karno itu kini jadi tujuan wisata dengan nama Rumah Pengasingan Bung Karno. Sebuah rumah tembok, berpagar besi. Di halaman belakang ada sumur. Di halaman depan ada patung Bung Karno berdiri tegap.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini

Image

[email protected]

Read Entire Article
Politics | | | |