Dilibas Lima Gol Tanpa Balas, Inter Catat Sejarah Baru di Final Liga Champions

1 day ago 7
Pendukung PSG membentangkan spanduk bertuliskan “Hentikan Genosida di Gaza” di final Liga Champions 2025. (Republika/ X)Pendukung PSG membentangkan spanduk bertuliskan “Hentikan Genosida di Gaza” di final Liga Champions 2025. (Republika/ X)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Liga Champions 2025 telah berakhir. Namun, pertandingan dalam laga final antara Inter Milan versus Paris Saint-Germain (PSG), masih jadi perbincangan hangat.

Apalagi Final Liga Champions tahun ini mencetak sejarah baru. Inter Milan baru saja dilibas lima gol tanpa balas PSG dalam laga di Allianz Arena, Sabtu (31/5/2025) malam waktu setempat.

Skor 0-5 ini menjadi kekalahan terbesar sepanjang sejarah final Liga Champions, sejak pertama kali digelar pada musim 1955-1956.

Hasil itu membuat Inter Milan harus rela membawa tangan kosong sepanjang tahun ini. Padahal Inter sangat berpeluang meraih treble.

Tapi, nasib berkehendak lain. Tak ada gelar apapun yang dibawanya. Selain gelar sejarah baru final Liga Champions, yang cukup mengejutkan.

Bahkan setibanya kembali ke Italia, tak ada sambutan hangat di bandara. Saat mereka tiba di Milan melalui Malpensa Airport, menurut laporan Football Italia pada Ahad (1/6/2025), suasana di bandara biasa saja. Tak ada gegap gempita.

Tak ada sambutan spesial dari para suporter bagi tim asuhan Simone Inzaghi, yang baru saja pulang dari Allianz Arena.

Selain petugas kepolisian dan staf bandara, hanya suporter bernama Marco yang hadir menyambutnya. Tetapi para pemain pun tak ada yang berbicara, semua menundukkan kepala.

"Saya satu-satunya orang di sini, namun Inter tetap laik diberi tepuk tangan," ujar Marco.

Penantian Puluhan Tahun PSG

Kondisi sebaliknya terjadi di Paris, Perancis. Kemenangan bersejarah PSG di final Liga Champions disambut euforia besar.

Puluhan ribu penggemar berkumpul di sekitar Champs-Elysées dan stadion Parc des Princes untuk merayakan kemenangan telak 5-0 PSG atas Inter Milan.

Di sekitar menara Eiffel pun riuh gegap gempita dengan diterangi warna biru-merah PSG. Namun pesta itu berujung ricuh, yang memaksa polisi menangkap hampir 300 orang.

Suasana perayaan berubah kacau balau saat sejumlah massa melemparkan kembang api, membakar mobil, menghancurkan halte bus, dan menjarah sejumlah toko termasuk Chanel dan Foot Locker.

Para pendukung PSG meluapkan kegembiraaannya atas keberhasilan klub kebanggan mereka, yang sudah menanti 55 tahun untuk meraih trofi Liga Champions pertama, di kesempatan kedua.

Sebelumnya, Les Parisiens pernah mentas di final 2020, tapi ditekuk Bayern Munchen 0-1.

Atas kemenangan itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dikenal sebagai pendukung Olympique de Marseille, ikut memberi ucapan selamat lewat sosial media.

“Hari yang gemilang bagi PSG! Bravo, kami semua bangga. Paris, ibu kota Eropa malam ini,” tulis Macron.

Kemenangan PSG ini juga menuntaskan penantian hampir 11 tahun investor Qatar yang membeli saham mayoritas PSG. Selama itu, manajemen telah bergantian mendatangkan Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, Neymar, Lionel Messi, Angel Di Maria, dan Kylian Mbappe, tapi tak kunjung bisa menggapai trofi Liga Champions.

Namun dengan nama-nama seperti Ousmane Dembele, Desire Doue, Khvicha Kvaratskhelia, Achraf Hakimi, dan Vitinha yang justru menjadi tulang punggung untuk mendapatkan gelar yang didambakan.

Kapten PSG Marquinhos menjadi sosok paling berbahagia atas kemenangan ini. Ia satu-satunya pemain yang tersisa dari kekalahan menyesakkan PSG di kandang Barcelona delapan tahun lalu. Ia juga yang merasakan kepedihan takluk pada final 2020.

PSG juga menjadi tim ke-24 secara keseluruhan sepanjang sejarah yang berhasil mengangkat trofi Si Kuping Besar, sekaligus tim kedua asal Prancis setelah Marseille.

Beri Dukungan untuk Palestina

Pada laga final, pendukung PSG berani memasang spanduk bertuliskan “Hentikan Genosida di Gaza” selama laga final Liga Champions, Ahad (1/6/2025). Tindakan berani itu dilakukan dalam stadion Allianz Arena, Munchen, kota yang secara resmi medukung Israel.

Para penggemar PSG menaikkan spanduk itu tak lama usai Achraf Hakimi membuka skor dalam kemenangan 5-0 atas mantan timnya Inter Milan. Sejumlah suporter PSG juga memegang syal dan bendera Palestina selama pertandingan.

Spanduk terbaru tersebut kemungkinan besar akan menimbulkan keresahan di kalangan otoritas lokal di Munich. Balai kota Munich mengibarkan bendera Israel dan juga bendera Ukraina, dan dukungan Jerman terhadap Israel kuat karena alasan sejarah.

PSG juga bisa menghadapi denda. UEFA melarang penggunaan isyarat, kata-kata, benda, atau cara lain apa pun untuk menyampaikan pesan provokatif. Yang dinilai tak sesuai untuk acara olahraga, khususnya pesan provokatif yang bersifat politik, ideologi, agama, atau menyinggung.

Hukuman finansial merupakan hal yang lazim untuk pelanggaran pertama – 10.700 dolar AS untuk spanduk atau gangguan politik.

Duta Besar AS Mike Huckabee meradang terkait tindakan fans PSG tersebut.

“Jika Prancis bertekad membentuk negara Palestina, saya punya saran untuk mereka – berikan mereka bagian dari French Riviera,” kata Huckabee usai pertandingan.

Republika

Read Entire Article
Politics | | | |