Diskusi Mahasiswa UIN Walisongo Didatangi TNI, Warek: Kok Kayak Zaman Dulu Lagi?

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Wakil Rektor I Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Mukhsin Jamil buka suara atas dugaan intimidasi personel TNI terhadap mahasiswa kampusnya yang menggelar diskusi bertema militerisme. Dia mengaku terkejut atas kejadian tersebut.

Mukhsin mengatakan, dia mengetahui adanya kejadian dugaan intimidasi terhadap para mahasiswanya dari media sosial (medsos). "Respons kita tentu pertama kali kaget ya, karena loh kok kayak zaman dulu lagi?" katanya ketika diwawancara di kantornya, Rabu (23/4/2025).

Menurut Mukhsin, para mahasiswa yang terlibat memang tidak melaporkan secara resmi ke kampus tentang acara diskusi mereka didatangi personel TNI. "(Melapor) formal tidak, tapi dari Pak WR (wakil rektor) III, saya kira sudah diketahui, disampaikan," ujarnya.

Dia pun mempertanyakan mengapa personel TNI yang datang ke kampusnya meminta data diri para mahasiswa yang terlibat diskusi. "Apa itu pentingnya urgensinya minta data diri dan untuk apa mempersoalkan diskusi itu?" kata Mukhsin.

Namun Mukhsin mengaku belum memperoleh data terkait berapa banyak mahasiswa UIN Walisongo yang diduga mengalami intimidasi oleh personel TNI. Selain itu, dia pun belum memiliki informasi terkait identitas individu diduga intel yang menyusup ke kegiatan diskusi mahasiswanya.

Mukhsin menekankan bahwa kebebasan akademik di lingkungan perguruan tinggi dijamin oleh undang-undang. "Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan, setiap penyelenggaraan seminar, kemudian kajian-kajian, bebas dilakukan dengan tema apapun," ucapnya.

Dia menambahkan, para mahasiswa pun memiliki kebebasan tentang perkembangan politik kontemporer. "Wajar-wajar saja untuk merespons dengan cara mereka sendiri, termasuk di kampus secara akademik, untuk mengantisipasi dan mengkritisi apakah ada kemungkinan proses-proses perubahan politik kemudian juga mengantarkan kembali pada situasi lama yang dulu pernah kita reform pada tahun 1998," ujar Mukhsin.

Mukhsin mengaku tak mempermasalahkan jika ada aparat keamanan yang hendak mengikuti diskusi di lingkungan kampus UIN Walisongo. "Mau tentara, mau polisi, datang enggak masalah, asal sekali lagi, dalam rangka untuk berdiskusi, tidak dalam rangka untuk mengintimidasi mahasisw. Karena seperti yang saya katakan sebelumnya, kajian pemikiran-pemikiran itu dijamin oleh undang-undang," katanya.

Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) bersama Forum Teori dan Praktik Sosial (FTPS) menggelar diskusi bertajuk "Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer Bagi Kebebasan Akademik" di samping Auditorium 2 Kampus III UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah (Jateng), pada 14 April 2025 lalu. Acara diskusi itu disusupi orang tak dikenal yang diduga personel intel dari TNI.

Salah satu panitia diskusi, Abdul (bukan nama sebenarnya) mengungkapkan, saat diskusi baru dimulai, seorang tak dikenal tiba-tiba ikut duduk di forum. "Itu masih sesi perkenalan. Ketika sesinya, orang tak dikenal itu, ia enggan memperkenalkan dirinya. Dari situ kami sangat curiga," ujar Abdul dalam keterangannya, Rabu (16/4/2025).

Kala itu diskusi dipandu oleh perwakilan FTSP bernama Farhan. Setelah didesak para peserta diskusi, pria tak dikenal yang mengenakan celana panjang dan kaos hitam itu menyampaikan bahwa namanya adalah Ukem. Namun dia enggan menjelaskan asal usulnya. Menurut Abdul, setelah momen itu, Ukem meninggalkan lokasi diskusi. "Hanya sekitar lima menit gabung dalam forum," ujarnya.

Read Entire Article
Politics | | | |