REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Beberapa kota di Italia melarang warganya keluar rumah pada jam-jam terpanas dalam sehari. Sementara itu, Prancis meliburkan sejumlah sekolah dan Spanyol mengonfirmasi bahwa bulan lalu menjadi Juni terpanas yang pernah tercatat.
Gelombang panas yang mencengkeram Eropa memicu kekhawatiran akan lonjakan masalah kesehatan akibat suhu ekstrem. Pihak berwenang Spanyol menyelidiki apakah kematian seorang petugas kebersihan di Barcelona pada akhir pekan lalu disebabkan oleh gelombang panas.
Serikat pekerja menilai bahwa kematian pria berusia 47 tahun di dekat lokasi pembangunan di Bologna disebabkan oleh suhu panas. Menurut Badan Perubahan Iklim Copernicus, Eropa merupakan benua yang mengalami kenaikan suhu paling cepat akibat pemanasan global dibandingkan benua lainnya.
Eropa telah dilanda gelombang panas sejak awal tahun ini dan belum menunjukkan tanda-tanda mereda selama berbulan-bulan. “Apa yang luar biasa-dan saya tekankan ini luar biasa namun bukan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya-saat ini baru 1 Juli dan kita sudah melihat serangkaian gelombang panas yang biasanya terjadi di pertengahan musim panas,” kata juru bicara Badan Meteorologi Dunia (WMO), Clare Nullis, Selasa (1/7/2025).
Ia menambahkan bahwa tingginya suhu di kawasan Laut Tengah turut mendorong “suhu ekstrem di seluruh daratan.” Suhu Laut Tengah tercatat enam derajat Celsius lebih tinggi dari biasanya pada periode yang sama.
Badan prakiraan cuaca Spanyol, AEMET, melaporkan bahwa suhu di Laut Balearic menembus rekor dengan mencapai 30 derajat Celsius. Spanyol mencatatkan Juni terpanas dengan suhu rata-rata 23,6 derajat Celsius.
Juru bicara Federasi Palang Merah Internasional (IFRC), Tommaso Della Longa, mengatakan lembaganya telah mendirikan tenda pengungsian berpendingin udara di selatan Malaga. Tenda ini membantu warga menghadapi lonjakan suhu.
Perusahaan asuransi Swiss Re melaporkan bahwa panas ekstrem menyebabkan kematian sekitar 480 ribu orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Angka ini melampaui jumlah korban gabungan dari banjir, gempa bumi, dan badai.
Badan prakiraan cuaca Prancis, Meteo Prancis, menyebut suhu panas di negara tersebut mencapai puncaknya pada Selasa. Suhu tercatat mencapai 40 hingga 41 derajat Celsius di beberapa wilayah, dan 36 hingga 39 derajat Celsius di sebagian besar wilayah lainnya.
Enam belas daerah berada pada tingkat kewaspadaan tertinggi mulai siang hari, sementara 68 daerah lainnya berada pada tingkat kewaspadaan tingkat dua. Karena kondisi tersebut, Kementerian Pendidikan Prancis meliburkan 1.350 sekolah, meningkat dibandingkan sekitar 200 sekolah yang ditutup pada Senin (30/6/2025).
Lantai atas Menara Eiffel juga ditutup pada Selasa dan Rabu (2/7/2025). Pengunjung disarankan untuk banyak minum air.