REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyanyi dengan karakter vokal khas Fatin Shidqia akhirnya menepati janjinya setelah lebih dari satu dekade para penggemarnya menanti. Ia kembali ke panggung musik Indonesia dengan karya besar terbarunya, sebuah album penuh berjudul Cerita Kita.
Baginya, album ini bukan sekadar kumpulan lagu, melainkan penanda fase baru dalam evolusi bermusik Fatin. Album gresnya ini menghadirkan karya yang jauh lebih matang, jujur, dan memiliki nuansa personal yang mendalam. Jeda yang cukup panjang yaitu 12 tahun sejak album debutnya, For You (2013), diakui Fatin karena fokusnya yang kerap terpecah dan mudah teralihkan saat mencari ide kreatif. Namun, kerinduan para pendengar justru menjadi motivasi terbesarnya.
“Rasanya deg-degan saat akhirnya merilis album kedua di tahun 2025 ini, tapi juga ada rasa syukur dan senang karena masih dikelilingi penggemar yang selalu menanyakan karya terbaruku. Hal itu sangat berarti bagiku dan menjadi motivasi besar untuk terus berkarya,” kata penyuka warna pink dan biru laut ini.
Bagi jebolan X Factor Indonesia musim pertama ini, album Cerita Kita terasa sangat istimewa karena ia terlibat dalam proses pembuatannya secara penuh. Jika pada album pertamanya Fatin hanya bertugas melakukan rekaman, kali ini ia mengambil peran lebih jauh sebagai musisi.
Ia mulai belajar menulis lirik, mencari melodi, dan terlibat langsung dalam setiap tahapan proses kreatif. Proses panjang dan penuh tantangan ini, meski memakan waktu lama, justru menjadi periode penting bagi pertumbuhannya. Album ini total berisi 12 lagu, memadukan lagu-lagu baru dengan beberapa lagu lama yang dimasukkan sebagai pengingat akan perjalanan awalnya.
Salah satu lagu yang menonjol dan menjadi fokus utama dalam album ini adalah “Red Flag”. Lagu ini memiliki tempat khusus karena menjadi yang pertama ia tulis sendiri secara keseluruhan dalam bahasa Inggris. “Untuk melodi, aku dibantu Kak Kamga dan Kak Kevin. Temanya adalah tentang kisah cinta rumit dan, yang pasti, relate dengan sebagian orang yang pernah atau sedang mengalaminya, yaitu tentang seseorang yang tahu kalau kekasihnya redflag, namun tidak bisa melepaskan diri,” ujar sarjana komunikasi yang menggemari solois muda dan anime ini.
Di balik proses kreatif, Fatin tidak menampik bahwa tantangan terbesar yang dihadapinya adalah melawan diri sendiri. “Tantangan terbesarnya justru melawan diri sendiri agar tetap produktif dan konsisten. Selain itu, aku masih belajar cara menyampaikan pesan pada lagu untuk sampai ke hati para pendengar,” kata dia.
Fatin merasa bersyukur karena penantian panjang tersebut berbuah manis. Ia melihat album kedua ini sebagai janji yang terbayar lunas. “Aku bersyukur sekali untuk semua penikmat karyaku yang masih setia menunggu. Terima kasih sudah menemaniku berproses sampai sejauh ini. Aku benar-benar sayang pada kalian!” ujarnya.
Dia berharap lagu-lagu di dalam album ini bisa menjadi teman sejati bagi para pendengar. “Aku ingin lagu-lagu ini bisa menemani setiap momen hidup kalian. Kita tidak selalu berada di fase butterfly era karena pasti, terkadang, ada kejadian sedih juga. Tapi, percayalah, hal itu tidak akan bertahan lama dan kita nantinya akan kembali bahagia lagi. Jadi, Cerita Kita ini bukan cuma tentang hidupku saja, tapi tentang perasaan kita semua,” kata Fatin.