Festival Bhumi Atsanti IV Suguhkan Srawung Budaya, Libatkan 350 Seniman dari Berbagai Daerah

9 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Festival BhumiAtsanti (FBA) kembali digelar untuk keempat kalinya di kawasan Bumi Segoro, Borobudur, Jawa Tengah, pada 1-3 Agustus 2025 mendatang. Tahun ini, festival yang diinisiasi oleh Yayasan Atma Nusvantara Jati tersebut mengangkat tema Manunggaling KARSA, sebagai bentuk perayaan keberagaman, semangat gotong royong, dan keterlibatan para seniman lintas daerah dalam melestarikan kebudayaan Indonesia.

Ketua Yayasan Atma Nusvantara Jati (Atsanti Foundation) MF Nilo Wardhani menyampaikan bahwa penyelenggaraan FBA IV tahun ini penuh tantangan, khususnya dalam hal pendanaan. Namun semangat gotong royong menjadi modal utama untuk tetap melanjutkan tradisi ini. 

"Kami memulai FBA keempat ini dengan rasa deg-degan dari sebelumnya. Kenapa? Karena waktu itu di tengah isu efisiensi, kondisi ekonomi yang tidak karuan. Tetapi kami mencoba membulatkan tekad dalam situasi ekonomi yang tidak jelas, tidak menentu ini, ayo tetap kita berusaha untuk berkesinambungan," katanya dalam konferensi pers yang digelar di Yogyakarta, Senin (28/7/2025).

"Ada isu gotong royong yang kami angkat. Menyatukan kehendak, menyatukan semangat untuk bisa membuat kebudayaan Indonesia itu menjadi kebanggaan kita dan hal ini tidak bisa bila dilakukan sendiri," ucapnya menambahkan.

Menginjak tahun keempat penyelenggaraannya, Dhani mengatakan gelaran FBA tidak sekadar menyuguhkan pertunjukan, tetapi perlahan tumbuh menjadi ruang srawung budaya yang menghubungkan komunitas, pelaku seni, dan masyarakat dalam semangat gotong royong untuk menjaga kebudayaan tetap hidup dan relevan. 

Ada 350 seniman dari 20 kelompok yang akan meramaikan acara ini. Tak hanya dari Jawa, tetapi juga melibatkan kelompok seni dari luar pulau.

"Kami menghadirkan teman-teman dari luar pulau Jawa. Ini jadi ruang untuk saling belajar seni dan kebudayaan dari masing-masing daerah. Selain Kalimantan, ada juga dari Lampung, kemudian Jakarta, Wonogiri, Yogyakarta dan masih banyak lagi," ucapnya.

Salah satu agenda unggulan dalam gelaran ini adalah Senam Kreasi Budaya yang melibatkan ratusan peserta, serta Pasar Bumi, sebuah arena bagi UMKM untuk menampilkan hasil kerajinan dari Borobudur dan daerah lainnya. Dhani juga menyampaikan istimewanya gelaran tahun ini ikut terasa lewat program Pasar Buku yang juga dihadirkan, sebagai bentuk dukungan terhadap upaya peningkatan literasi masyarakat.

"Kami ingin turut bisa berperan didalam meningkatkan minat baca dan literasi khususnya bagi teman-teman di kawasan Borobudur dan sekitarnya. Ada kegiatan workshop kepenulisan juga," ungkap dia.

Sementara itu, Gita, selaku Manager Bhumi Atsanti, menambahkan kesenian yang ditampilkan mulai dari tari, musik, jathilan dan ragam seni budaya lainnya. Ia juga tak menampik bahwa Pasar Buku menjadi program baru yang belum pernah hadir di edisi-edisi sebelumnya. 

Langkah ini, menurutnya menjadi bentuk eksperimen dan inovasi agar festival tidak terjebak dalam pola yang sama.

"Pasar buku ini memang agenda baru yang kami adakan di Festival Bhumi Atsanti ini. Sebelum-sebelumnya kami belum pernah mengadakan. Kami ingin mencoba sesuatu yang baru," kata Gita.

Festival ini menjadi ajang penting bagi komunitas lokal, termasuk Sanggar Seni Lemah Urip yang akan membawa kisah tradisi gerabah dari desanya ke panggung FBA. Ketua Sanggar Seni Lemah Urip, Jepe mengatakan bahwa kesempatan ini adalah pengalaman pertama bagi komunitasnya.

"Ini adalah pengalaman yang baru untuk tampil dan mengisi di Festival Bhumi Atsanti. Kami berterimakasih karena sudah diajak untuk belajar bersama. Kami adalah komunitas yang kecil tapi melibatkan anak-anak yang banyak. Festival Bhumi Atsanti ini menjadi laboratorium buat kami,” ujarnya.

Mereka akan membawakan tarian yang mengisahkan asal-usul gerabah, sebuah tradisi yang masih hidup di desanya dan memiliki kaitan erat dengan relief di Candi Borobudur. "Kami membawakan sebuah tarian yang menceritakan bagaimana gerabah bisa ada di kampung kami. Karena memang magnet utamanya Candi Borobudur, nah di sana ada berbagai relief, salah satunya tentang kerajinan membuat gerabah," ungkapnya.

Read Entire Article
Politics | | | |