Geger Google: 300 Pegawai Tolak Bantu Israel, IDF Pakai AI untuk Pembunuhan

10 hours ago 4

Karyawan Google memprotes perusahaannya yang bekerja sama dengan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Banyak pihak mengecam kebrutalan Israel berperang di Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah. Mereka tak ingin keadaan itu semakin parah. Pihak yang mengecam Israel adalah sekelompok karyawan Google berikut ini. Meski institusi Google membantu Israel, banyak karyawan mereka justru mengecam negara zionis yang mengabaikan nilai kemanusiaan dan keadilan tersebut.

Karyawan Google DeepMind di Inggris bergabung dengan serikat pekerja guna menentang keputusan perusahaan tersebut untuk menjual teknologi kecerdasan buatannya kepada kelompok advokasi yang terkait dengan pemerintah Israel, Financial Times melaporkan Sabtu.

Laporan tersebut, yang mengutip sumber informasi, mengindikasikan bahwa sekitar 300 karyawan Google DeepMind di London telah berupaya bergabung dengan Serikat Pekerja Komunikasi selama berminggu-minggu.

DeepMind dimiliki oleh Alphabet, perusahaan induk Google. Google, Google DeepMind, dan Serikat Pekerja Komunikasi tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.

Surat kabar tersebut melaporkan bahwa laporan media yang menunjukkan bahwa Google menjual layanan cloud dan teknologi kecerdasan buatannya kepada Kementerian Pertahanan Israel telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan karyawan.

Google sebelumnya menghadapi masalah terkait hubungannya dengan Israel, ketika memecat 28 karyawan tahun lalu setelah mereka memprotes kesepakatan layanan cloud yang dibuat perusahaan tersebut dengan pemerintah Israel.

AI jadi alat pembunuhan yang dilakukan Israel

Sejumlah raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) telah membantu Israel untuk melacak dan membunuh lebih banyak militan dengan lebih cepat di Gaza dan Lebanon melalui kemampuan penyorotan tajam dalam kecerdasan buatan (AI) dan layanan komputasi.

Namun, jumlah kematian warga sipil juga meningkat, seiring dengan kekhawatiran bahwa alat-alat ini berkontribusi terhadap kematian orang-orang yang tidak bersalah, menurut penyelidikan oleh kantor berita Amerika Associated Press (AP).

Read Entire Article
Politics | | | |