Muliadi Saleh
Dunia islam | 2025-09-08 05:43:59
Penulis: Muliadi Saleh
Global Sumud Flotilla bukan sekadar kapal yang berlayar membawa beras, gandum, atau obat-obatan. Ia berlayar membawa nurani dunia. Dari dermaga-dermaga jauh, layar dikembangkan, mesin dinyalakan, dan doa digantungkan pada ombak.
“Sumud” berarti keteguhan. Ia lahir dari tanah yang dijarah, pohon zaitun yang ditebang, dan rumah-rumah yang dirobohkan. Tetapi sumud juga lahir di hati kita—ketika kita menolak diam terhadap penindasan.

Flotilla ini sering diadang, sering gagal tiba. Namun keberaniannya membuat dunia ingat: ada bangsa yang terkurung di tanahnya sendiri, ada penderitaan yang tidak boleh dianggap biasa.
Kita bisa sinis, berkata kapal itu hanya simbol. Tapi tidakkah kemerdekaan juga dulu berawal dari simbol—sehelai bendera, sepotong sumpah, secarik kata?
Global Sumud Flotilla adalah pengingat. Bahwa blokade bisa menghadang kapal, tapi tidak bisa menenggelamkan harapan. Bahwa laut bukan milik senjata, melainkan doa-doa yang berlayar dari hati manusia.
Maka saat kapal itu melaju, marilah kita ikut mengiringinya: dengan suara, dengan tulisan, dengan kepedulian. Sebab perlawanan sejati lahir dari cinta, dan cinta selalu menemukan jalannya. Muliadi Saleh
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.