Haji Karena Allah, Catatan Kritis Penyelenggaraan Ibadah Haji 1446 H

19 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ihsan Setiadi Latief, Koordinator Utama Pembimbing Haji 1446 H KBIHU PERSIS

Duyufurohman, para tamu Allah musim haji 1446 H diuji dengan berbagai masalah pengelola haji Indonesia. Menyepakati 8 (delapan) syarikah pemerintah Indonesia dan DPR RI Komisi 8 dari 14 syarikah yang ditawarkan pemerintah Saudi Arabia berdampak yang signifikan bagi pengelolaan haji Indonesia.

Kalau saja dilayani satu atau dua syarikah dibagi per wilayah, atau 13 embarkasi Indonesia dilayani masing masing satu syarikah mungkin tidak akan serumit sekarang. Dengan sistem 8 syarikah, di lapangan banyak jamaah dalam satu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) tercecer terpisah di beberapa sektor (Syisyah, Syisyah Raudhoh, Misfalah, Jarwal).

Saya berada di kloter 37 JKS terbagi 6 syarikah, terpecah menjadi 6 hotel. Bahkan, kloter 44 JKS terbagi 27 hotel. Bisa dibayangkan istri terpisah suami, anak terpisah bapaknya, lansia terpisah dengan pendampingnya.

Bahkan, saya sendiri terpisah dengan rombongan yang dipimpin, akhirnya nomaden bersama jamaah meski harus tidur di lantai beralaskan karpet.

KBIHU bekerja keras memitigasi dan regrouping jamaah yang terserak terpisah dan diupayakan berkumpul dalam satu hotel. Meskipun sudah ada surat edaran tentang suami istri dan pendamping lansia berisiko tinggi bisa bersatu, dalam realitasnya tidak mudah seperti membalik tangan.

Evaluasi total pengelolaan haji wajib dilakukan, tim independen yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan harus disertakan untuk memetakan persoalan perhajian.

Selain persoalan syarikah, masih terdapat masalah klasik terkait pemondokan di Arab Saudi yang belum memenuhi standar yang merata. Permasalahan mencakup kapasitas dan fasilitas akomodasi yang bervariasi. Ada yang memadai, namun tidak sedikit pula yang jauh dari harapan.

Kartu Nusuk menjadi salah satu topik utama dalam pelaksanaan haji 1446 H. Permasalahan seputar kartu haji ini seharusnya bisa diselesaikan di level teknis, namun justru berlarut-larut tanpa kejelasan. Bahkan saya sendiri baru menerima kartu fisik Nusuk setelah dua pekan berada di Makkah.

Meskipun tersedia versi digital, kenyataannya banyak jamaah tetap membutuhkan bukti fisik. Hal ini menjadi penting, terutama saat harus berhadapan dengan petugas di Arab Saudi yang kerap kali secara tegas meminta menunjukkan kartu fisik.

Soal distribusi makan di Armuzna tidak merata dan banyak yang tidak terbagi, harus menjadi perhatian serius dari bagian konsumsi haji.

Permasalahan transportasi selama fase ARMUZNA (Arafah, Muzdalifah, Mina) pun menjadi sorotan serius. Kondisi sangat crowded di ARMUZNA dan tidak tertatanya sistem transportasi berdampak pada kelancaran ibadah jamaah. Pada 8 Dzulhijjah, tidak ada fasilitas transportasi yang disediakan menuju Mina untuk melaksanakan Tarwiyah, padahal itu merupakan sunnah Rasulullah SAW.

Akibatnya, sebagian jamaah terlambat tiba di Arafah. Lebih parah lagi, banyak jamaah terpaksa berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina karena keterbatasan bus penjemput dan kemacetan yang luar biasa. Rombongan yang saya pimpin pun akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki menuju Muzdalifah.

Masih banyak dijumpai petugas PPIH dan Tim Kloter yang ditunjuk bukan berdasarkan profesionalitas dan kapasitas, melainkan karena kedekatan personal atau  sebagai "hadiah", teman, atau kerabat dari pihak tertentu. Akibatnya, kualitas pelayanan sebagai khadimul ummah tidak optimal.

Tapi saya menyadari haji bukan karena Nusuk, bukan karena syarikah, bukan karena makanan, akomodasi, terpisah suami istri, anak, kerabat. Haji itu undangan Allah, haji itu karena Allah, apapun yang terjadi merupakan ujian yang harus disikapi dengan kesabaran dan keikhlasan.

Malu rasanya membandingkan jejak Nabi Ibrahim as dan istrinya dengan anaknya Ismail, tidak sebanding rasanya perjuangan Nabi Muhammad saw dengan yang kita alami.

وَأَتِمُّوا۟ ٱلْحَجَّ وَٱلْعُمْرَةَ لِلَّهِ

وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

Haji karena Allah...balasan haji yang mabrur itu surga, surga didapat bukan dengan mudah tapi perjuangan dan rintangan.

Read Entire Article
Politics | | | |