Hukum Bayi Sebelum 4 Bulan Meninggal dalam Kandungan Menurut Islam

9 hours ago 9

loading...

Dalam Islam, jika calon bayi atau janin yang keguguran dan masih berupa gumpalan darah dan gumpalan daging, sunnah dikuburkan, tidak wajib dibungkus, tidak wajib dimandikan, tidak wajib disalatkan. Foto ilustrasi/ist

Bagaimana hukum bayi meninggal ( keguguran ) sebelum berusia 4 bulan dalam kandungan ibunya dalam Islam? Adakah kewajiban orang hidup terhadapnya?

Seperti diketahui, setiap makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan kematian tak terkecuali seorang bayi atau janin yang masih ada dalam kandungan. Kematian adalah sebuah peristiwa berpisahnya ruh dengan jasad. Kedatangannya begitu mengejutkan serta tak memandang sosok dan usia. Ajal bisa datang kapan saja.

Lantas bagaimana pula jika yang meninggal dunia adalah seorang bayi atau calon bayi yang masih dalam kandungan? Tentang hal ini, telah menjadi sorotan para ulama fiqih, khususnya para ulama Syafi‘iyyah .

Menurut pendapat Syekh Zainuddil al-Malaibari dalam kitabnya, Fath al-Mu‘in (Terbitan Dar Ihya al-Kutub al-‘Araiyyah, hal. 46), ia mengungkapkan:

ووري أي ستر بخرقة سقط ودفن وجوبا كطفل كافر نطق بالشهادتين. ولا يجب غسلهما بل يجوز. وخرج بالسقط العلقة والمضغة فيدفنان ندبا من غير ستر ولو انفصل بعد أربعة أشهر غسل وكفن ودفن وجوبا. فإن اختلج أو استهل بعد انفصاله صلي عليه وجوبا

Artinya, “Dan harus dibungkus—maksudnya ditutup—dengan kain serta wajib dikubur mayat janin yang lahir keguguran. Sama halnya dengan mayat anak kecil kafir yang mengucap dua kalimat syahadat. Namun, mayat janin keguguran dan anak kecil kafir itu tidak wajib dimandikan, hanya saja boleh jika mau dimandikan. Dikecualikan dari janin yang keguguran adalah gumpalan darah atau gumpalan daging (calon janin) yang keguguran. Maka keduanya sunnah dikuburkan tanpa harus dibungkus.

Namun, bila janin yang keguguran itu telah berusia empat bulan, maka ia wajib dimandikan, dikafani, dan dikebumikan. Berbeda halnya jika setelah keluar sang janin bergerak atau bersuara, maka ia wajib disalatkan (selain dimandikan, dikafani, dan dikebumikan).”

Dalam kitab yang sama, Fath al-Mu‘in (Terbitan Daru Ihya al-Kutu al-‘Araiyyah, hal. 46), Syekh Zainuddin al-Malaibari menjelaskan perihal wanita yang meninggal dalam keadaan mengandung.

ولا تدفن امرأة ماتت في بطنها جنين حتى يتحقق موته أي الجنين ويجب شق جوفها والنبش له إن رجي حياته بقول القوابل لبلوغه ستة أشهر فأكثر فإن لم يرج حياته حرم الشق لكن يؤخر الدفن حتى يموت

Read Entire Article
Politics | | | |