REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia mencatat kemajuan signifikan dalam pelaksanaan program Result-Based Contribution (RBC) yang didanai Norwegia, sebagai bagian dari upaya menurunkan emisi melalui pengelolaan hutan dan lahan menuju target FOLU Net Sink 2030.
Dewan Penasihat Ahli Indonesia untuk FOLU Net Sink 2030, Ruandha Agung Sugardiman, menjelaskan bahwa pendanaan RBC telah dialokasikan ke berbagai wilayah dan diimplementasikan oleh mitra pelaksana yang fokus pada aksi mitigasi langsung. Program mencakup penurunan emisi, peningkatan serapan karbon, serta perlindungan stok karbon yang ada.
Langkah nyata dilakukan melalui pengelolaan hutan lestari dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Upaya ini berhasil menekan jumlah hotspot dan luas area terbakar, dengan perhatian khusus pada lahan gambut sebagai penyumbang emisi terbesar.
Pemantauan tinggi muka air gambut terus diperkuat untuk mencegah kebakaran. "Oleh karena itu, upaya nyata untuk menurunkan karhutla di lahan gambut ini menjadi upaya yang sangat signifikan,” kata Ruandha dalam diskusi daring FOLU Talk Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 yang diselenggarakan Kementerian Kehutanan, Rabu (28/5/2025).
Di sektor perhutanan sosial, program terus diperluas untuk memberi akses pengelolaan hutan kepada masyarakat dan mendukung ekonomi lokal. Inisiatif multiusaha kehutanan juga telah berjalan sesuai Annual Working Plan (AWP), sementara rehabilitasi hutan dan penanaman kembali menjadi strategi utama peningkatan cadangan karbon.
Kemajuan di bidang konservasi terlihat dari pengembangan inisiatif bioprospeksi oleh Bogor Nature Indonesia, yang mengedepankan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
Di sisi pendukung, tim instrumen dan informasi telah menyusun dan menyosialisasikan manual teknis, memberikan pelatihan kepada masyarakat, serta mengintegrasikan data untuk meningkatkan transparansi.
“Di bidang instrumen dan informasi, banyak kegiatan yang sudah dilakukan ini, salah satunya bagaimana kami memberikan pembelajaran kepada masyarakat, kemudian bagaimana kami mensosialisasi manual yang sudah kami susun, dan ini semuanya dilakukan oleh bidang instrumen dan informasi secara simultan di seluruh nasional,” kata Ruandha.
Ia menegaskan pentingnya koordinasi antar-mitra pelaksana untuk mencapai target penurunan emisi sebesar 314 juta ton CO₂ pada 2030. Data stok karbon tahun 2023 disebut sebagai pijakan penting menuju pencapaian tersebut.
Pemerintah Indonesia menyatakan komitmennya terhadap target iklim global, dengan dukungan pendanaan internasional seperti RBC Norwegia sebagai pendorong utama. Laporan lengkap progres program ini dijadwalkan terbit dalam beberapa bulan ke depan.