REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kapal aktivis yang menuju Gaza, Madleen, ditarik oleh Angkatan Laut Israel ke pelabuhan Israel. Hal itu dilakukan setelah pasukan khusus pasukan penjajahan menaiki kapal tersebut beberapa waktu lalu.
"'Kapal pesiar selfie' para 'selebriti' dengan selamat menuju pantai Israel. Para penumpang diharapkan kembali ke negara asal mereka," kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataannya ini hari.
Pihak Israel juga menerbitkan video yang menunjukkan aktivis yang ditahan dari kapal menuju Gaza dikawal oleh Angkatan Laut Israel ke Pelabuhan Ashdod. "Semua penumpang 'selfie yacht' selamat dan tidak terluka. Mereka diberi roti lapis dan air. Pertunjukan telah selesai," kata kementerian di X.
Menurut the Times of Israel, militer mengeklaim tidak ada laporan korban luka setelah tentara menaiki kapal yang membawa 12 aktivis pro-Palestina itu. Mereka berlayar ke Gaza untuk meningkatkan kesadaran dan mengirimkan bantuan. Tidak jelas di mana mereka ditahan oleh penjajah Israel. Kemenlu Israel dilaporkan mencegah protes keras, termasuk dari pemerintah Eropa, jika Israel mengambil tindakan untuk memblokir kapal tersebut.
Postingan Kemenlu Israel menuduh “Greta (Thunberg) dan yang lainnya” mencoba “melakukan provokasi media yang tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan publisitas” dan mengklaim bahwa bantuan yang cukup telah mencapai Gaza dalam dua minggu terakhir.
Namun pasukan Israel telah berulang kali menembaki warga Palestina yang mencari bantuan di Gaza setelah mengizinkan sejumlah makanan kembali ke jalur tersebut setelah blokade total terlama yang pernah mereka lakukan. Puluhan orang syahid ketika mencoba mencapai lokasi distribusi bantuan, termasuk setidaknya 13 warga Palestina pada hari Ahad saja.
Sebelum penangkapan, kapal kemanusiaan Madleen yang bergerak kian dekat ke Gaza dilaporkan diputus komunikasinya oleh pasukan Israel. Mereka juga disemprot bahan kimia oleh drone-drone Israel yang mengepung.
Berbicara kepada Aljazirah dari atas kapal Madleen, Yasemin Acar, mengatakan bahwa empat kapal mendekati kapal tersebut dan dua lainnya masih berada di dekatnya. “Kami sangat dekat dengan Gaza, sekitar 100 mil jauhnya,” tambah aktivis Jerman itu.
“Kami membunyikan alarm karena kami melihat empat kapal mendekati kami secara bersamaan, dua diantaranya memiliki lampu biru,” katanya. “Kami tiba-tiba melihat banyak cahaya di sekitar kami,” tambahnya.
Acar mengatakan dua perahu datang sedekat 200 meter dari Madleen sebelum berangkat, sementara dua kapal lainnya tetap berada di dekatnya. “Dua di antaranya masih tepat di depan saya, berhenti begitu saja,” ujarnya.
“Kami punya alasan untuk percaya bahwa ini adalah perang psikologis,” tambahnya. “Itu hanyalah cara untuk mengintimidasi kami dan cara untuk membuat kami berbalik dan tidak mencoba menentang blokade ilegal di Gaza.”
Tak lama kemudian, para awak kapal Madleen terpaksa berlindung ketika dua drone melayang di atas mereka, kata pelapor khusus PBB Francesca Albanese. "Dua drone di atas Madleen. Mereka bilang itu quadcopter, yang berbahaya. TIM BERLINDUNG," tulis Albanese di X.
Armada Kebebasan Gaza mengatakan bahwa quadcopter telah mengepung Madleen dan “menyemprotnya dengan zat seperti cat putih”. “Komunikasi macet dan suara-suara mengganggu diputar melalui radio,” kata armada itu dalam sebuah postingan di Instagram.
Huwaida Arraf, salah satu pendiri Gerakan Solidaritas Internasional, yang mendukung Armada Kebebasan Gaza mengiyakan hal tersebut. “Beberapa saat yang lalu, komunikasi sepertinya terputus,” kata Arraf kepada Aljazirah dari Sisilia. “Jadi, kami kehilangan semua kontak dengan rekan-rekan kami di Madleen.” "Sebelumnya, kami tahu ada dua drone yang melayang di atasnya dan menjatuhkan sejenis bahan kimia ke kapal. Kami tidak tahu bahan kimia apa itu," katanya.
"Beberapa orang melaporkan bahwa mata mereka seperti terbakar. Sebelumnya, mereka juga didekati oleh kapal dengan cara yang sangat mengancam." Jadi setidaknya selama satu setengah jam terakhir, mereka telah diancam oleh pasukan Israel.”
“Yang terakhir kami lihat, kami dapat mendengar kabar dari mereka, mereka dikepung… oleh pasukan komando angkatan laut Israel dan sepertinya pasukan komando akan mengambil alih kapal tersebut.”