Kementerian Kehutanan Bersiap Hadapi Musim Kebakaran Hutan

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menegaskan pentingnya kesiapsiagaan nasional menghadapi musim kebakaran hutan dan lahan (karhutla) 2025. Hal ini disampaikannya menyusul peluncuran Desk Koordinasi Pengendalian Karhutla pada Maret lalu sebagai bagian dari respons pemerintah terhadap krisis iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi—tiga krisis lingkungan global yang dikenal sebagai Triple Planetary Crisis.

Dalam pernyataan resmi Kementerian Kehutanan, dikutip pada Ahad (8/6/2025), Raja Juli mengatakan tren karhutla nasional menunjukkan penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun ia mengingatkan, keberhasilan tersebut tidak boleh membuat pemerintah dan masyarakat lengah.

“Namun rasa bangga ini jangan sampai membuat kita lengah, jemawa, sombong dan akhirnya tidak mempersiapkan diri sebaik-baiknya,” kata Raja Juli.

Sejarah mencatat Indonesia mengalami bencana karhutla besar pada 1984, 1987, 1998, dan masa El Nino 2015. Namun, data menunjukkan penurunan luas karhutla dari 2,6 juta hektare (2015) menjadi 1,6 juta hektare (2019), turun lagi ke 1,1 juta hektare (2023), dan hanya 24.154 hektare pada 2024—penurunan 74 persen dibanding tahun sebelumnya.

Di Kalimantan Barat, tren serupa terjadi. Luas karhutla turun dari 151.919 hektare (2019) menjadi 24.154 hektare pada 2024, atau menurun 84 persen. Dalam lima tahun terakhir, wilayah ini juga tidak mencatat kejadian asap lintas batas negara.

Kementerian Kehutanan mencatat, pada periode 1 Januari hingga 22 April 2025, luas karhutla mencapai 3.207 hektare. Sebanyak 38 persen terjadi di lahan gambut (1.227 ha) dan 62 persen di tanah mineral (1.980 ha). Tiga provinsi dengan luas karhutla tertinggi adalah Riau (699 ha), Kalimantan Barat (494 ha), dan Aceh (296 ha).

Di Kalimantan Barat, karhutla tercatat terjadi di Kabupaten Ketapang (327 ha), Kubu Raya (148 ha), Kota Pontianak (15 ha), dan Landak (2,9 ha).

Pemantauan titik panas dari satelit Terra/Aqua (MODIS NASA) menunjukkan 244 hotspot terdeteksi dari 1 Januari hingga 30 Mei 2025. Jumlah ini menurun 55,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencatat 550 titik.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi Indonesia berada dalam kondisi La Nina atau kemarau basah. Namun, potensi karhutla tetap ada, terutama karena Kalimantan Barat diperkirakan mulai memasuki musim kemarau pada Juni 2025.

Sebagai bagian dari strategi pengendalian, Kementerian Kehutanan menetapkan 518 desa sebagai sasaran program pencegahan karhutla. Sebanyak 52 desa berada di Kalimantan Barat, tersebar di 12 kabupaten dan kota. Desa-desa ini mendapat pelatihan dan pembinaan teknis melalui pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA).

Hingga saat ini, MPA telah dibentuk di 29 provinsi dengan total anggota 10.225 personel. Di Kalimantan Barat, terdapat 1.165 personel yang tergabung dalam MPA.

Read Entire Article
Politics | | | |