Seorang lansia pengungsi korban bencana banjir dan tanah longsor berada di Posko Pengungsian di GOR Pandan Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Jumat (5/12/2025). Hari kesepuluh bencana di Sumatera Utara, sebanyak 1.500 korban banjir dan longsor di Tapteng masih bertahan di Posko Pengungsian di GOR Pandan. Di antara pengungsi terdepan ibu hamil, bayi dan lansia, Sejumlah pengungsi mulai terserang flu dan penyakit kulit.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera pada akhir November 2025 menyisakan tekanan psikologis penyintas pascabencana. Sebanyak 921 orang meninggal dunia, 392 orang masih dinyatakan hilang hingga 37.546 rumah masyarakat yang rusak pasca bencana itu di sebagian wilayah Pulau Sumatera, yakni Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, yang dilaporkan sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada per Ahad (7/12/2025).
Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Kasandra Putranto mengatakan pengalaman menghadapi situasi yang mengancam keselamatan jiwa dapat menimbulkan respons gangguan stres akut hingga berkembang menjadi masalah psikologis berkepanjangan. Hilangnya berbagai kepemilikan, putusnya hubungan sosial, serta runtuhnya harapan kerap menjadi pemicu guncangan emosional mendalam bagi para penyintas.
Gejala emosional yang perlu diwaspadai mencakup kecemasan berlebihan, iritabilitas, ledakan emosi, kesedihan menetap, atau rasa bersalah yang tidak proporsional. “Reaksi stres normal umumnya mereda dalam 2–4 minggu. Bila gejala emosional atau fisik menetap lebih dari satu bulan, individu berada pada risiko perkembangan gangguan stres pascatrauma (PTSD) atau gangguan penyesuaian (adjustment disorder),” kata Kasandra dari Jakarta, Rabu (10/12/2025).
Menurut dia, dukungan sosial secara konsisten menjadi faktor protektif terkuat dalam pemulihan psikologis pascabencana. Dukungan sosial itu bisa berupa rasa aman dan perasaan diterima, dimengerti, dan tidak sendirian dalam hal ini dukungan emosional seperti mendengarkan dengan penuh perhatian, tanpa menginterogasi.
Program intervensi psikologis yang efektif pada korban bencana banjir meliputi program dukungan psikososial berbasis komunitas dan sekolah, seperti kelompok dukungan sebaya, kegiatan pemulihan normalitas (main-play-therapy untuk anak), program parenting, ruang aman di pengungsian, dan aktivitas pemulihan sosial. Pendampingan psikologis pada anak-anak sebagai kelompok rentan juga perlu dikemas dalam kegiatan yang menyenangkan untuk mengembalikan stabilitas emosi.
sumber : Antara

8 hours ago
4















































