loading...
RS Kapal Nusa Waluya II hadir di Waigeo Utara dan beroperasi selama 60 hari, sejak 10 Juni 2025 hingga Agustus 2025 mendatang. Targetnya melayani hingga sebanyak 10 ribuan warga. Foto/Dok. SindoNews
RAJA AMPAT - Josepha (28), rela memilih jalan berbeda untuk mengabdi sebagai perawat. Dia meninggalkan segala kenyamanan dan hiruk pikuk kota besar. Josepha memutuskan untuk menjadi relawan dan bekerja di pedalaman Nusantara bersama Rumah Sakit Kapal Nusa Waluya II yang saat ini beroperasi di Waigeo Utara, Raja Ampat , Papua Barat Daya.
Saat memutuskan bekerja di atas kapal, ia tak pernah membayangkan bahwa suatu hari akan mendampingi penanganan operasi di ruang bedah yang kerap bergoyang, akibat hantaman ombak di laut. "Selama kami pelayanan kurang lebih sekitar 3 minggu itu kami dihantam dengan ombak," ujar Josepha.
Ia bercerita hantaman ombak tersebut bagi awak kapal dianggap sebagai alun, namun untuk pekerja medis itu menjadi tantangan sendiri dalam melaksanakan aktivitas pelayanan mereka. "Saat ada ombak, kami ada beberapa pasien operasi dan harus melakukan tindakan tersebut. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami saat bekerja di atas kapal, yakni ombak yang harus kami hadapi," lanjutnya. Baca juga: PIS dan doctorSHARE Hadirkan Rumah Sakit Kapal, Layani Masyarakat 3T di Papua
Josepha telah bergabung menjadi relawan RS Kapal Nusa Waluya II selama 2 tahun. Dia menjadi relawan untuk mengikuti panggilan hatinya melayani masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses kesehatan.
Pengalaman lain yang ia ingat adalah, ketika harus merawat pasien berusia lanjut yang sudah tidak punya siapa-siapa.
“Ia datang sendiri ke rumah sakit, dan pastinya itu sudah harus berjuang untuk mencapai ke sini. Ada masalah di pernafasannya, dan pasien tidak punya keluarga sama sekali. Sebagai perawat, di sini saya terasa menjalani profesi saya sesungguhnya. Merawat pasien tersebut hingga akhirnya pasien bisa kembali sembuh," ungkapnya.