Krisis Kepercayaan Global, Ini Bukti Nyata Dunia Mulai Tinggalkan Dolar AS

18 hours ago 2

loading...

Pemerintah di berbagai belahan dunia kini lebih memilih menerbitkan utang dalam mata uang lokal ketimbang dolar AS. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA - Gelombang penolakan terhadap dolar AS semakin menguat. Pemerintah di berbagai belahan dunia kini lebih memilih menerbitkan utang dalam mata uang lokal ketimbang dolar AS, sebuah fakta krisis kepercayaan yang terus meningkat.

Berdasarkan laporan Dealogic, penerbitan obligasi pemerintah dalam dolar AS anjlok 19% pada lima bulan pertama 2025 hanya mencapai USD86,2 miliar. Ini menjadi penurunan pertama dalam tiga tahun terakhir. Sebaliknya, penerbitan obligasi berbasis mata uang lokal justru melonjak ke level tertinggi dalam lima tahun mencapai USD326 miliar.

Arab Saudi, Kanada, Israel, dan Polandia termasuk yang paling agresif mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Penerbitan obligasi dolar Arab Saudi turun 29%, sementara Kanada merosot 31%. Israel dan Polandia bahkan memangkas penerbitan masing-masing sebesar 37% dan 31%.

"Ini bukan sekedar fluktuasi pasar, tapi tanda krisis kepercayaan," ujar manajer portofolio William Blair, Johnny Chen, dikutip Reuters, Kamis (29/5). "Negara-negara mulai sadar, bergantung pada dolar AS berarti menyerahkan kedaulatan ekonomi mereka."

Baca Juga: Negara Ini Resmi Larang Peredaran Dolar AS, Transaksi Wajib Gunakan Mata Uang Lokal

Pemicunya, antara lain, kenaikan imbal hasil AS, volatilitas nilai tukar, dan kekhawatiran atas stabilitas keuangan pemerintah AS sendiri. Investor global juga mulai menjauhi aset-aset AS terutama setelah serangkaian kebijakan ekonomi kontroversial Washington yang dianggap merugikan mitra dagangnya.

Brasil bahkan sedang mempertimbangkan menerbitkan obligasi negara pertamanya dalam yuan, menyusul kunjungan Presiden Lula da Silva ke Beijing. Arab Saudi juga tak mau ketinggalan. Negeri PetroDolar ini baru saja menerbitkan obligasi hijau senilai 2,25 miliar euro atau setara USD2,36 miliar langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada pembiayaan berbasis dolar.

Read Entire Article
Politics | | | |