Masjid Al Alya Cerminkan Kekayaan Warisan Islam di Oman

7 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID,RUSTAQ -- Masjid Al Alya di Wilayah Al Rustaq, Kegubernuran Al Batinah Selatan, berdiri sebagai salah satu landmark keagamaan dan sejarah paling terkemuka di Kesultanan Oman. Masjid ini memiliki makna spiritual, intelektual, dan arsitektur yang mendalam, mencerminkan kekayaan warisan Islam yang telah menjadi ciri khas wilayah ini selama berabad-abad.

Menukil dari laman Omamobserver, masjid ini dibangun pada era Imam Nasser bin Murshid al Yaarubi pada abad ke-17. Masjid ini terletak di jantung Desa Al Alya, sekitar 800 meter dari Benteng Al Rustaq. Masjid ini menempati posisi sentral, melayani warga untuk salat dan berkumpul.

Masjid ini dibangun di atas tanah yang tinggi sekitar enam meter di atas falaj (saluran irigasi tradisional), serta dikelilingi oleh beragam kebun buah. Beberapa di antaranya diwakafkan sebagai wakaf keagamaan, seperti kebun Al Furudh di selatan dan kebun Al Jahal di timur, yang menyokong masjid secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat.

Salah satu pengurus wakaf masjid, Eng Ahmed bin Saif al Mazrouei  menjelaskan, Masjid Al Alya memiliki aset wakaf yang signifikan, termasuk 47 bagian air di Falaj Al Maysar, senilai sekitar RO 94 ribu ( sekitar Rp 4 Miliar), serta kebun buah yang berisi lebih dari 553 pohon palem dan lahan pertanian, dengan perkiraan nilai total RO 166 ribu (Rp 70 Miliar). 

Al Mazrouei menambahkan, masjid tersebut secara historis digunakan untuk menyalurkan zakat dan sembako kepada penduduk desa yang memenuhi syarat selama perayaan keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Masjid ini juga berfungsi sebagai tempat pernikahan dan pemakaman hingga baru-baru ini, ketika acara-acara tersebut dipindahkan ke Sablat Al Alya.

Masjid ini merupakan tempat berkumpulnya para pemimpin masyarakat, yang secara lokal disebut "Ahl Al Hall wal Aqd", untuk membahas urusan desa dan menerima kunjungan dari imam dan gubernur. Masjid ini juga menjadi tempat pertemuan rekonsiliasi dan proses hukum. Area khusus di dalam masjid menyediakan air minum melalui bejana tanah liat tradisional (jihal), yang diisi dengan air dari Falaj Al Maysar dan digantung di tempat-tempat yang telah ditentukan.

Eng Al Mazrouei menekankan, masjid tersebut bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat pembelajaran dan kehidupan sosial yang istimewa. Beberapa ulama dan syekh menimba ilmu di sana, menggarisbawahi peran historisnya sebagai lembaga pendidikan dan kemasyarakatan terkemuka di Al Rustaq.

Masjid ini berukuran panjang 21 meter dan lebar 12 meter, dengan 10 tiang yang membagi ruang sholat menjadi enam bagian memanjang dan tiga bagian melintang. Halaman tengah (4 x 3,5 meter) secara historis digunakan untuk wudhu dan penghangat ruangan. Sebuah sumur di bawah masjid, kemungkinan terhubung ke saluran falaj, mungkin digunakan untuk wudhu.

Mihrab selebar dua meter dan tinggi empat meter, dihiasi dengan prasasti sederhana namun elegan yang memuat kalimat Syahadat (kesaksian iman Islam) di beberapa tingkat. Pekerjaan restorasi terbaru memperluas mihrab, meningkatkan daya tarik estetikanya.

Awalnya, masjid ini memiliki tiga pintu masuk, dua di sisi timur dan satu di sisi utara. Namun, setelah dikhususkan untuk sholat Jumat, pintu masuk selatan baru ditambahkan untuk imam dan penyandang disabilitas, sementara pintu utara ditutup.

Sumber:

Oman Observer

Read Entire Article
Politics | | | |