Memahami Sejarah Tarwiyah, Kala Nabi Ibrahim Merenung Usai Diperintah Menyembelih Ismail

1 day ago 18

Petugas Pelindungan Jamaah dan Media Center Haji mengecek jalur pergerakan jamaah calon haji Indonesia dari tenda menuju jamarat di Mina, Makkah, Arab Saudi, Ahad (25/5/2025). Kegiatan tersebut guna memberikan pemahaman petugas haji Indonesia dalam membantu kelancaran serta keamanan jamaah calon haji Indonesia saat menunaikan lempar jumrah di Mina pada musim puncak haji mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, Jamaah haji Indonesia akan didorong ke Arafah sejak 8 Dzulhijjah atau 4 Juni 2025.  Meski demikian, biasanya ada saja segelintir jamaah yang ingin lebih dahulu berangkat guna menunaikan sunah ibadah Tarwiyah. 

Tarwiyah adalah menginap (mabit) di Mina pada 8 Dzulhijjah, sebelum wukuf di Padang Arafah. Jemaah akan menunaikan sholat Zuhur, Asar, Maghrib, Isya, dan Subuh di Mina. Mereka tidak meninggalkan Mina sebelum terbit matahari di hari Arafah. Hukum melaksanakan Tarwiyah adalah sunnah.

Tarwiyah bermakna berpikir atau merenung. Dengan demikian, hari Tarwiyah disebut juga hari merenung, berpikir, dan keragu-raguan.

Penamaan Tarwiyah ini berkaitan erat dengan kisah Nabi Ibrahim yang dlperlntahkan Allah SWT untuk mengorbankan anaknya Ismail AS melalui suatu mimpi. Mimpi itu terjadi pada malam tanggal 8 Dzulhijjah.

Nabi Ibrahim AS merasa ragu tentang kebenaran mimpinya tersebut. Apakah mimpi itu benar berasal dari Allah sahingga manjadi suatu perintah yang harus dikerjakan, atau hanya berasal dari syaitan untuk mengganggunya. Sampai siang harinya, Nabi Ibrahim terus berpikir dan merenung tentang mimpinya tersebut.

Pada malam tanggal 9 Zulhijjah, Nabi Ibrahim AS kembali mengalami mimpi yang sama, yaitu menyembelih putaranya Ismail AS Mimpi kedua kalinya. Ini mulai menimbulkan keyakinan dalam hati Nabi Ibrahim AS bahwa perintah ini benar berasal dari Allah SWT.

Ini dapat dihubungkan dengan nama hari kesembilan bulan Zulhijjah, yaitu hari Arafah. Arafah bermakna pemahaman atau pengetahuan. Maksudnya, Nabi Ibrahim AS sudah mulai paham tentang kebenaran dan tujuan mimpinya.  Akan tetapi,Nabi Ibrahim belum melaksanakan perintah dalam mimpinya tersebut.

Read Entire Article
Politics | | | |