Menanggalkan Kesombongan dengan Pakaian Ihram

1 day ago 11

Ilustrasi jamaah haji mengenakan baju ihram.

REPUBLIKA.CO.ID, Pakaian ihram merupakan dua lembar kain putih tanpa jahitan yang dikenakan jamaah laki-laki saat menunaikan haji dan umroh. Satu kain digunakan sebagai sarung yang diikat dengan ikat pinggang, dan kain lainnya dijadikan sebagai selendang untuk menutupi bahu.

Melepas pakaian sehari-hari dan menggantinya dengan dua helai kain ihram menggambarkan keadaan orang yang meninggal dunia. Dia harus melepaskan semua atribut dan urusan dunia dan berganti dengan kain kafan.

Pakaian dunia inilah yang kerap membuat manusia lupa diri, sehingga mudah berbuat salah dan dosa. Karena itu, pakaian dunia sebagai simbol dari kesombongan dan kecongkakan harus dilepas agar ia diterima oleh Allah SWT.

Ketika Nabi Musa Alaihissalam bermunajat, Nabi Musa diperintahkan untuk melepas sandal sebagai lambang pakaian dunia.

إِنِّىٓ أَنَا۠ رَبُّكَ فَٱخْلَعْ نَعْلَيْكَ ۖ إِنَّكَ بِٱلْوَادِ ٱلْمُقَدَّسِ طُوًى

Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa (QS Thaha: 12).

Demikian dengan orang yang melaksanakan ibadah haji, saat hendak memasuki Tanah Suci, baitullah, dia harus melepas pakaian duniawi itu. Dia harus menanggalkan kebiasaan buruk yang melekat dalam dirinya agar diterima oleh Allah SWT, dikutip dari buku Tuntunan Manasik Haji dan Umroh yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh (Ditjen PHU) Kementerian Agama, 2020.

Pakaian ihram memiliki arti pembebasan diri dari keinginan hawa nafsu dan daya tarik luar selain Allah. Ihram melambangkan penyerahan jiwa raga sepenuhnya kepada kebesaran dan keindahan Dzat dan sifat Allah, membebaskan dari ikatan kedudukan, pangkat, darah, keturunan, harta, dan status sosial lainnya yang sering merusak tali persaudaraan.

Ihram mengajari umat manusia tentang kesamaan dan kesetaraan di hadapan Allah. Dia tidak melihat pangkat dan jabatan. Apa yang Dia lihat adalah ketakwaan dan amal kebaikan.

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Tapi, Allah hanyalah melihat hati dan amalan kalian." (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu)

Read Entire Article
Politics | | | |