Mendulang Emas dari TBC: Antara Filantropi dan Kepentingan Global

6 hours ago 3

Image Umar Wachid B. Sudirjo

Filantropi | 2025-05-09 17:49:53

Pendahuluan Mengobati orang sakit untuk kembali sehat itu penting. Tetapi menjaga orang sehat agar tetap sehat adalah tanggung jawab yang jauh lebih mendasar. Kesehatan tidak semata urusan medis, tetapi soal pola hidup, cara berpikir, dan kemandirian sebuah bangsa dalam menentukan arah hidupnya.

Potensi Dalam Negeri yang Terlupakan Negara ini tidak kekurangan ahli. Kita punya banyak tenaga medis, ilmuwan, dan pemikir hebat yang jarang terekspos karena sistem lebih sering memandang ke luar daripada menggali potensi dalam negeri. Maka, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk membangun sistem yang memberdayakan kekuatan lokal—bukan hanya menerima solusi dari luar sebagai satu-satunya jalan.

Kerja Sama, Bukan Ketergantungan Bekerja sama dengan pihak asing bukan sesuatu yang tabu. Kita tidak anti pada kerja sama, ilmu pengetahuan, atau teknologi dari luar negeri. Tetapi kerja sama harus dilakukan dengan semangat saling menghormati, bukan dalam posisi pasrah atau menjadi objek. Kita terbuka untuk bergandengan tangan, bukan untuk digandeng menuju ketergantungan.

Terlalu Cepat Terkagum-Kagum Kesehatan juga menyangkut cara kita menjaga kedaulatan berpikir. Bangsa yang sehat adalah bangsa yang tahu memilah, tahu kapan membuka pintu, dan tahu kapan berkata cukup. Dalam banyak hal, kita terlalu cepat terkagum-kagum pada orang asing, bahkan sebelum mengenal kekuatan kita sendiri.

Pentingnya Pencegahan Kita tentu menghargai semua upaya untuk mengurangi beban penyakit, termasuk TBC. Tapi di saat yang sama, kita juga harus memperkuat sistem pencegahan yang menyeluruh. Edukasi, gaya hidup sehat, lingkungan bersih, hingga ketahanan pangan adalah bagian dari strategi kesehatan nasional yang tidak kalah penting dari vaksinasi.

Epilog: Kesehatan dalam Genggaman Bangsa Merdeka Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang berani berpikir sendiri, memutuskan sendiri, dan bertindak berdasarkan kepentingan rakyatnya sendiri. Dalam urusan kesehatan, kedaulatan bukan sekadar soal produksi vaksin atau jumlah rumah sakit. Ia adalah soal keyakinan bahwa kita mampu membangun sistem yang berpihak pada manusia, bukan pasar.

Ketika filantropi global datang menawarkan bantuan, kita perlu bertanya: apa yang dibawa, dan apa yang ditinggalkan? Apakah kedatangan mereka membangun kemandirian atau memperpanjang ketergantungan? Kita tidak menolak kerja sama, tetapi kerja sama hanya layak dijalin jika ada kesetaraan dan kejelasan arah.

Masa depan kesehatan Indonesia tidak bisa dibangun dari kecemasan, melainkan dari harapan. Dari warga yang sehat, sadar, dan terlibat. Dari pemerintah yang kuat dalam keputusan, tetapi juga rendah hati dalam mendengar. Dari sistem yang dirancang bukan sekadar untuk menyembuhkan, tetapi untuk mencegah dan melindungi setiap warga negara sejak awal.

Dan untuk itu, kita tidak perlu menunggu datangnya “penolong” dari luar. Karena di dalam negeri ini, sejatinya telah tumbuh ribuan tangan yang siap bekerja, berpikir, dan bergerak demi Indonesia yang lebih sehat dan merdeka sepenuhnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |