Home > Mancanegara Tuesday, 03 Jun 2025, 13:55 WIB
Serangan drone yang menargetkan pembom strategis Rusia, khususnya pesawat Tupolev Tu-95MS dan Tu-22M3.

KYIV -- Pada suatu Ahad (1/6/2025) pagi yang tenang, Pangkalan Udara Belaya yang berlokasi di wilayah terpencil di Irkutsk, Rusia, lebih dari 4.000 kilometer (km) dari garis depan Ukraina, menjadi tempat terjadinya eskalasi dramatis dalam konflik yang sedang berlangsung antara kedua negara tersebut. Pagi itu, Ukraina melakukan serangan drone yang menargetkan pembom strategis Rusia, khususnya pesawat Tupolev Tu-95MS dan Tu-22M3, yang ditempatkan di pangkalan tersebut.
Yang paling menonjol dari target yang dilaporkan adalah pesawat pengebom Tu-160 milik Rusia, platform berkemampuan nuklir yang penting bagi pencegahan strategis Moskow. Operasi yang dijuluki "Pavutyna" atau "Jaring Laba-laba" oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU) tersebut digambarkan oleh pejabat Ukraina sebagai serangan yang direncanakan dengan cermat yang bertujuan untuk mengganggu kemampuan Rusia untuk meluncurkan serangan rudal jarak jauh ke kota-kota Ukraina.
Citra satelit dan video yang beredar daring telah menunjukkan pesawat yang terbakar dan kerusakan yang signifikan, dengan perkiraan yang menunjukkan hilangnya beberapa pesawat pengebom, meskipun cakupan pastinya masih dalam pemeriksaan. Keputusan untuk menyelamatkan Tu-160 telah memicu spekulasi tentang pesan strategis Ukraina, dengan beberapa analis menyatakan serangan itu merupakan peringatan yang diperhitungkan kepada Moskow tentang kerentanan aset udaranya tanpa melewati ambang batas yang berbahaya menuju eskalasi nuklir.
Pangkalan Udara Belaya, yang terletak di Distrik Usolsky Siberia, sekitar 85 kilometer barat laut Irkutsk, merupakan landasan jaringan Penerbangan Jarak Jauh Rusia. Secara historis, pangkalan tersebut berfungsi sebagai hub bagi pesawat pengebom Tupolev Tu-16 dan Tu-22 selama Perang Dingin, dan kini menjadi markas bagi Divisi Penerbangan Pengebom Berat ke-326, termasuk Resimen Penerbangan Pengebom Berat ke-200 dan ke-444.
Unit-unit itu mengoperasikan gabungan pesawat pengebom strategis dan taktis, menjadikan Belaya sebagai simpul penting dalam kemampuan Rusia untuk memproyeksikan kekuatan baik secara konvensional maupun strategis. Lokasi pangkalan yang terpencil, jauh dari pengawasan NATO dan jangkauan tradisional Ukraina, telah lama dianggap sebagai tempat berlindung yang aman bagi aset udara Rusia yang paling berharga.
Citra satelit dari Mei 2025, yang dianalisis oleh komunitas intelijen sumber terbuka (OSINT), seperti AviVector, mengungkap penumpukan pesawat yang signifikan di Belaya, termasuk tujuh Tu-160, enam Tu-95MS, dan hingga 42 Tu-22M3. Di samping itu, masih ada pesawat pencegat dan pesawat angkut MiG-31.
Konsentrasi aset bernilai tinggi iitu ni menggarisbawahi pentingnya pangkalan tersebut dan menjelaskan mengapa Ukraina akan memprioritaskannya untuk operasi yang begitu berani. Serangan drone merupakan prestasi logistik, yang menunjukkan kemampuan Ukraina yang terus berkembang dalam peperangan asimetris.
Menurut sumber di dalam SBU, seperti yang dilaporkan oleh Kyiv Independent, operasi tersebut melibatkan penyelundupan pesawat nirawak pandangan orang pertama (FPV) ke Rusia. Adapun semua drone itu disembunyikan di kabin kayu bergerak yang dipasang di truk, sebagaimana ditulis Bulgarian Military pada Selasa (3/6/2025).
Truk-truk tersebut diposisikan secara strategis di dekat pangkalan udara, dan pada saat yang ditentukan, atap yang dioperasikan dari jarak jauh dibuka untuk meluncurkan pesawat nirawak langsung ke sasarannya. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dalam sebuah pernyataan, memuji operasi tersebut sebagai keberhasilan yang "cemerlang", dengan mencatat bahwa operasi tersebut telah direncanakan selama lebih dari 18 bulan dan melibatkan 117 pesawat nirawak, masing-masing dengan pilotnya sendiri.
Eagle flies alone...