Mengapa Warga Muhammadiyah Dianggap Berbeda karena tak Ikut Tahlilan: Antara Tradisi dan Keyakinan

7 hours ago 6

Budaya 2025-06-20 08:49:30

Warga Muhammadiyah tidak ikut tahlilan, sehingga dianggap berbeda dengan sebagian umat Islam di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, KURUSETRA -- Salam Sedulur... Sebagian umat Islam di Indonesia memiliki tradisi tahlilan di hari pertama, ketiga, ketujuh, seratus, hingga seribu saat ada anggota keluargannya yang meninggal dunia. Namun, praktik ibadah tersebut tidak dijalankan warga Muhammadiyah sehingga mereka dianggap berbeda dengan umat Islam di Indonesia. Kalau pun ada orang Muhammadiyah yang ikut tahlilan di rumah tetangganya, biasanya akan diam saja tanpa ikut membaca doa. Lantas apa alasannya warga Muhammadiyah tidak tahlilan?

Ketua Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr M Saad Ibrahim MA menjelaskan tentang keunikan warga Muhammadiyah. "Di situlah uniknya orang Muhammadiyah, tidak tahlilan tetapi tetap bertahlil," kata dia saat memberikan sambutan pada Resepsi Milad Ke-109 Muhammadiyah yang digelar di Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (27/11/2021). Perayaan milad bertema Muhammadiyah Era Disrupsi Digital ini juga disiarkan Zoom dan YouTube.

Saad menjelaskan ada dimensi religiusitas menjadi bagian penting dari gerak organisasi ini. Karena Muhammadiyah adalah al-harakah al-Islamiyah dan minal harakatil Islamiyah. "Saya sebut minal artinya mim bakdhil harakatil Islamiyah. Termasuk yang lain-lain tadi juga al-harakah al-Islamiyah,” ucap Dr Saad.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

BACA JUGA: Kisah Kiai Asnawi yang Dijebak Makan Daging Babi, Bukannya Marah Malah Ucapkan Alhamdulillah

Keragaman di Muhammadiyah menurut Dr Saad itu unik. Sebab jika diamati, warga Muhammadiyah tidak terlalu panjang ketika wiridan dan tidak terlalu banyak membaca shalawat untuk nabi.

Selain itu, kata dia, warga Muhammadiyah juga tidak melakukan tahlilan, tetapi tetap bertahlil. "Karena hallala yuhalilu tahlilan itu artinya benar-benar membaca la illa ha ilallah," kata dia.

Mengapa orang Muhammadiyah dianggap berbeda. Menurut Dr Saat karena warga Muhammadiyah energinya juga digunakan untuk membangun umat. "Tidak sekadar hablum minallah kuat tetapi hablum minannaasnya lemah. Keduanya kita mencoba menyeimbangkan," kata dia.

BACA JUGA: Ke Mana Hewan Pergi Setelah Mati, Apakah Masuk Surga atau Neraka?

Wujud konkretnya tentu dalam bentuk sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan dan juga pondok pesantren. "Ini bagian hablum minannaas yang dibangun terus-menerus oleh Muhammadiyah,” kata Saad menjelaskan.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini

Image

Jangan Percaya Cerita Sebelum Baca Kurusetra

Read Entire Article
Politics | | | |