Karyawan menghitung uang dolar di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Program LCT tumbuh pesat dan mampu mengurangi ketergantungan terdahap dolar AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi lintas batas dengan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) melonjak signifikan sepanjang tahun ini. Hingga Juli 2025, nilai transaksi mencapai 14,1 miliar dolar AS (ekuivalen), naik 112 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 6,7 miliar dolar AS.
Lonjakan tersebut mendekati total transaksi sepanjang 2024 yang mencapai 16,28 miliar dolar AS. Dari sisi pengguna, jumlah nasabah LCT juga meningkat menjadi rata-rata 7.568 per bulan pada 2025, naik dari 5.020 per bulan pada 2024.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyebut pertumbuhan ini tak lepas dari komitmen Indonesia dan negara-negara ASEAN memperluas pemakaian LCT.
"Hingga Juli 2025, kinerja LCT mencatatkan transaksi sebesar 14,1 miliar dolar AS (ekuivalen) atau tumbuh 112 persen (yoy) dibandingkan 6,7 miliar dolar AS (ekuivalen) pada periode yang sama tahun sebelumnya,” ujarnya, Sabtu (20/9/2025).
Menurut Denny, penggunaan LCT berperan penting dalam menekan risiko volatilitas nilai tukar, memperlancar perdagangan, serta mendukung pendalaman pasar keuangan kawasan.
“Sehingga integrasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi ASEAN yang berkelanjutan dan inklusif dapat tercapai,” kata dia.
Inisiatif penggunaan mata uang lokal dimulai sejak 2016 melalui nota kesepahaman Local Currency Settlement dengan Malaysia dan Thailand, yang kemudian resmi berjalan pada 2018. Saat ini, skema tersebut telah melibatkan enam negara mitra.
BI menilai potensi pemanfaatan LCT masih besar, terutama untuk transaksi perdagangan bilateral. Peningkatan kerja sama antarbank sentral di kawasan diyakini akan memperkuat ketahanan makroekonomi sekaligus mengurangi kerentanan terhadap gejolak nilai tukar global.
“Pemanfaatan mata uang lokal dalam transaksi lintas negara diharapkan dapat memperkuat ketahanan makroekonomi nasional sekaligus mengurangi kerentanan terhadap gejolak nilai tukar global,” kata Denny.