Menggesa Transformasi SDM Indonesia

18 hours ago 6

loading...

Dr. Jazuli Juwaini, MA Ketua Umum IKADIM, Anggota DPR, dan Dosen Pascasarjana Ilmu Manajemen. Foto/Istimewa

Dr. Jazuli Juwaini, MA
Ketua Umum IKADIM, Anggota DPR, dan Dosen Pascasarjana Ilmu Manajemen.

PADA akhir Mei 2025, Ikatan Doktor Ilmu Manajemen (IKADIM) menggelar diskusi dan peluncuran buku yang berjudul "Transformasi Manajemen SDM di Era Digital: Inovasi, Teknologi, dan Strategi Masa Depan" di Jakarta. Buku yang ditulis oleh 32 Profesor dan Doktor Ilmu Manajemen ini sejatinya berangkat dari kegelisahan sekaligus harapan terhadap kondisi dan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi era teknologi dan bonus demografi.

Sebagai perkumpulan ilmuwan dan praktisi manajeman SDM, IKADIM merasa terpanggil untuk melakukan aksi nyata dengan satu kesadaran bahwa transformasi SDM digital memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Maka lahirlah buku setebal 600 halaman lebih—yang tidak hanya menyajikan teori, tetapi juga praktik dan model implementasi yang dapat dijadikan rujukan strategis oleh pemerintah pusat dan daerah, organisasi sosial, dunia usaha, hingga lembaga pendidikan.

Disrupsi Teknologi dan Ragam Penyikapannya

Dunia tengah bergerak memasuki era teknologi yang revolusioner. Perkembangan pesat dalam kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), big data, dan otomasi telah mendesrupsi hampir seluruh sendi kehidupan manusia. Transformasi ini bukan hanya mempercepat proses produksi, informasi, dan komunikasi, tetapi juga mendefinisikan ulang hubungan antara manusia dan teknologi itu sendiri.

Pada kenyataannya, disrupsi teknologi ini tidak datang dengan kesiapan yang merata di berbagai belahan dunia. Banyak negara, terutama negara berkembang, justru terjebak dalam posisi sebagai pasar (konsumen) teknologi, bukan penemu dan pencipta (inovator) terknologi. Hal ini diperparah dengan kondisi lemahnya keterampilan SDM di negara-negara berkembang dalam beradaptasi dengan teknologi.

Alhasil ketidaksiapan dalam menghadapi arus teknologi ini mengakibatkan ketergantungan yang tinggi negara berkembang terhadap negara maju di satu sisi dan munculnya berbagai masalah sosial ekonomi di sisi yang lain. Sebaliknya, kita mendapati negara-negara yang memiliki visi dan strategi yang jelas mampu menjadikan kemajuan teknologi sebagai peluang.

Jepang misalnya, alih-alih hanya mengikuti jejak paradigma Industri 4.0 yang berbasis pada efisiensi dan otomatisasi, mereka mengembangkan paradigma sendiri yaitu Society 5.0 yang menekankan pada harmoni antara manusia dan teknologi. Konsep Society 5.0 mengedepankan pemanfaatan teknologi digital untuk menyelesaikan tantangan sosial dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Ini merupakan contoh bagaimana sebuah bangsa dapat menundukkan teknologi pada kebutuhan manusia, bukan sebaliknya.

Perbedaan pendekatan ini mencerminkan bagaimana kesiapan dan visi suatu negara dalam menyikapi transformasi teknologi sangat menentukan peran yang akan mereka mainkan—apakah sebagai pelaku utama atau hanya sebagai pasar.

Read Entire Article
Politics | | | |