Menjadi Guru di Era AI, Tantangan atau Peluang?

1 day ago 10

Image Odjie Samroji

Guru Menulis | 2025-06-01 05:25:22

Guru Mengajar dikelas | Sumber Foto : pexels.com

Dunia pendidikan sedang bergerak cepat, bahkan lebih cepat dari yang banyak guru bayangkan. Kehadiran kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT, Google Gemini, dan platform pembelajaran otomatis kini mulai menjadi bagian dari keseharian siswa. Di tengah derasnya arus teknologi, profesi guru pun ikut terdorong untuk berubah. Pertanyaannya sederhana namun dalam: apakah ini menjadi ancaman bagi guru, atau justru peluang untuk naik level?

Faktanya, siswa zaman sekarang sudah sangat terbiasa menggunakan teknologi. Mereka bisa mencari jawaban dalam hitungan detik, membuat ringkasan pelajaran hanya dengan satu klik, bahkan menyusun tugas esai dengan bantuan AI. Sementara itu, banyak guru yang masih beradaptasi dengan perangkat digital paling dasar. Terjadi kesenjangan. Siswa semakin canggih, sementara sebagian guru masih mencari tombol ‘share screen’ di aplikasi video conference.Dunia pendidikan sedang bergerak cepat, bahkan lebih cepat dari yang banyak guru bayangkan. Kehadiran kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT, Google Gemini, dan platform pembelajaran otomatis kini mulai menjadi bagian dari keseharian siswa. Di tengah derasnya arus teknologi, profesi guru pun ikut terdorong untuk berubah. Pertanyaannya sederhana namun dalam: apakah ini menjadi ancaman bagi guru, atau justru peluang untuk naik level?

Perubahan zaman ini menantang peran tradisional guru. Tak lagi cukup hanya menjadi penyampai materi. Guru hari ini harus bisa menjadi fasilitator pembelajaran, pembimbing karakter, dan navigator yang mengarahkan siswa menyelami lautan informasi yang luas. AI bisa menjadi alat bantu yang luar biasa, tapi tetap tidak bisa menggantikan kehangatan, inspirasi, dan nilai-nilai hidup yang diajarkan langsung dari sosok guru.

Tentu ada kekhawatiran. Bagaimana jika siswa menyalahgunakan AI untuk mencontek? Bagaimana jika peran guru makin tersisih karena semua bisa dicari sendiri? Tapi justru di sanalah letak tantangannya. Guru masa kini dituntut untuk cerdas secara digital dan emosional. Bukan hanya mengejar pemahaman teknologi, tapi juga memperkuat nilai-nilai integritas, etika, dan tanggung jawab dalam diri siswa.

Di sisi lain, AI juga membawa peluang besar bagi guru. AI dapat membantu membuat soal, merancang materi interaktif, memberi umpan balik cepat, hingga menciptakan pembelajaran yang personal sesuai kebutuhan siswa. Guru bisa lebih fokus pada hal-hal yang lebih penting—seperti memperkuat relasi, membangun kepercayaan, dan menciptakan ruang kelas yang lebih manusiawi di tengah dunia yang makin digital.

Saat ini bukan soal siapa yang paling tahu, tapi siapa yang paling mampu beradaptasi. Guru yang mau belajar dan terbuka dengan perubahan akan tetap relevan. AI tidak akan menggantikan guru, tapi guru yang tidak mau belajar bisa saja tergantikan. Maka, daripada melawan arus, kenapa tidak bersahabat saja dengan teknologi? Gunakan AI sebagai partner, bukan pesaing. Jadikan ia alat bantu untuk membangun pembelajaran yang lebih kreatif, menarik, dan bermakna.

Menjadi guru di era AI bukan tentang bertahan hidup, tapi tentang tumbuh bersama zaman. Guru tetaplah sosok penting yang akan selalu dibutuhkan—karena tidak ada teknologi secanggih apapun yang bisa menggantikan ketulusan, kasih sayang, dan semangat menginspirasi dari seorang pendidik sejati.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |