Israel gunakan geng untuk pecah perlawanan di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas kejahatan perang di Jalur Gaza, akhirnya mengakui dia mendukung milisi di Jalur Gaza melawan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).
Hal itu atas rekomendasi Dinas Keamanan, dan menggambarkan hal ini sebagai hal yang baik karena telah menyelamatkan nyawa para tentara IDF.
Pengakuan Netanyahu muncul dalam sebuah video pendek yang disiarkan sebagai tanggapan atas pengungkapan oleh pemimpin partai Yisrael Beitenu, Avigdor Lieberman.
Yaitu bahwa sistem keamanan Israel, di bawah arahan langsung Perdana Menteri, secara diam-diam memberikan senjata kepada keluarga-keluarga kriminal dan geng-geng di Gaza, tanpa menyampaikan hal ini kepada Kabinet.
Meskipun kepemimpinan pemerintah Israel terbiasa menyembunyikan informasi semacam itu dan merahasiakannya hingga mencapai tujuan yang diinginkannya dari gerombolan-gerombolan yang bekerja atas namanya, namun mereka terpaksa membeberkannya lebih awal dalam konteks perbedaan internal antara Netanyahu dan para penentangnya.
Israel tampaknya mengulangi skenario yang sama yang digunakannya di masa lalu dengan merekrut kelompok-kelompok bersenjata untuk melaksanakan agendanya sebagai bagian dari rencananya untuk mempersiapkan alternatif "hari setelah" perang di Jalur Gaza, pada saat perlawanan Palestina menempatkan geng-geng ini dalam daftar targetnya.
Melindungi geng
BACA JUGA: Rudal Houthi Bernamakan Pedang Nabi SAW Hantam Israel: Takbir di Yerusalem, Pujian di Medsos
Awal mula perekrutan pasukan pendudukan terhadap kelompok bersenjata yang beroperasi di bawah pengawasan mereka selama perang dimulai pada bulan-bulan terakhir 2024.
Ini ketika mereka menyediakan tempat berlindung bagi gerombolan yang dipimpin oleh Yasser Abu Shabab di wilayah yang berada di bawah kendali tentara di sebelah tenggara Kota Rafah.